[Ficlet] Philanthropist

PHILANTHROPIST

thehunlulu ©2016

.

[NCT’s] Mark Lee & [OC’s] Jane

 Teenager, fluff, school life, friendship | Ficlet | General

.

Dermawan; sepenggal frasa yang mampu melahirkan sebuah gagasan gila yang nyaris merenggut kewarasan jiwa Mark.

.

Langkahnya berdecit.

 

Kini tubuhnya menyiratkan keadaan yang sukar untuk didefinisikan; napasnya menderu berkejaran dengan desiran angin yang mengepungnya di bawah atap reyot gudang sekolah. Lututnya jelas tak mempedulikan waktu; daripada menunggu satu setengah jam kedepan, maka ikhlaskan saja tungkainya mencium tanah basah di bawahnya–efek terguyur hujan tadi malam.

 

Tubuhnya bergetar hebat, kini Mark enggan memikirkan penyebabnya. Komplotan preman di sekolahnya hanya memberi asupan kegilaan sebelum melenggang pergi. Meninggalkan seonggok manusia tak berotak penuh–katanya.

 

Tunggu dulu, sejak kapan Mark waras?

 

Hanya memuji seorang Jane dengan seuntai frasa yang tak lain dan tak bukan adalah sebuah pujian. Lalu apa salahnya? Hanya bermodalkan kau–dan–aku–‘kan–suka–film–horor maka tak mustahil untuk menyentilnya dengan untaian kalimat agak koyol ala anak muda kekinian–begitu kata Mark.

 

Maka Mark lekas saja memulai misi gilanya. Diawali dengan mengirim sebuah pesan teks pada sang pujaan hati; berinisiatif untuk meminta film horor sebagai alibi kepada Jane. Walau situasi yang benar-benar sempurna sesuai fakta adalah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan mengobati rasa rindunya pada Jane. Agaknya sudah lumayan jika hanya lima menit Mark bisa berbincang dengan sang pujaan hati di depan kelas. Maka ia sedikit banyak akan membelokkan topik awal; maksud hati ingin meminta film, namun ia akan sesegera mungkin bertanya apa warna kesukaan Jane, di mana ia tinggal, dan–eww, siapa pujaan hatinya.

 

Hanya beberapa kalimat yang dapat diserap baik oleh otaknya; menghafalkan kata-kata yang akan mempercantik pertemuan mereka berdua hingga mengesampingkan materi geografi yang akan diujikan hari itu. Masa bodoh, toh yang terpenting adalah mengisi kerinduan hatinya terlebih dahulu baru menjejali otaknya dengan materi geografi–yang lagi-lagi dapat dipahaminya jika Jane tidak membuatnya kecewa hari itu.

 

“Mark!”

 

“Oh, kau ternyata masih ingat, Jane.”

 

“Berhasil, Mark? Apa nanti malam kau akan tidur bersama dua film ini?”

 

Maka Mark lekas mengangguk, merengkuh dua buah film dari genggaman Jane. Menyisakan kekehan renyah yang menguar di udara, dilanjutkan dengan sebuah flashdisk yang resmi berada di tangan Jane. Beberapa hari lalu Jane menyuruh Mark untuk menggali seluruh dunia maya untuk menemukan sebuah film horor lawas serta menyuruh pemuda bersurai legam itu untuk men-subbing-kan untuknya.

 

Mission clear.

 

Menyisakan beberapa sekon putaran pada jam tangannya sebelum masuk kelas, Mark hanya berharap agar Dewi Fortuna berpihak padanya; meniupkan racun agar dirinya tak sadarkan diri jikalau cintanya ditolak mentah-mentah oleh sang pujaan hati. Hitung-hitung agar wajah rupawannya tidak semakin tebal karena malu yang tak sungkan-sungkan menampar wajahnya keras.

 

“J–Jane–“

 

Jane mengerling.

 

Mark membeku.

 

Entah dari mana datangnya senyawa adrenalin yang bersemayam di tubuhnya, namun otaknya seakan enggan diajak berpikir secara rasional barang sejemang.

 

Maka lekas saja katup bibirnya terbuka, memakan mentah-mentah sisa waktu beberapa sekonnya untuk menyatakan perasaannya pada Jane.

 

“Kau tahu, Jane?”

 

Tik.

 

“Tidak tahu, Mark. Kau saja belum berbicara.”

 

“Ada yang lebih horor dari film horor milikku, Jane.”

 

“Kau pikir aku penasaran, Mark?”

 

“Ayolah Jane! Mau tahu, tidak?”

 

Ok. So what’s the horrorest thing than your movies?

 

Tik.

 

I think it’s you, Jane.”

 

“Apa katamu?!”

 

“I mean your face.”

 

Tik.

 

“Wajahmu lebih menakutkan, Jane. Aku tidak sedang berdusta. Karena wajahmu itu membuat nyaliku menciut setiap dekat denganmu. Membuatku enggan menatap wajahmu terlalu lama karena sebuah benda di dalam dadaku mendadak bergemuruh hingga nyaris menggelinding keluar.”

 

Jane bungkam.

 

“Menatap wajahmu lebih memacu adrenalin daripada menonton semua film horor yang kumiliki, Jane.”

 

Tik.

 

Tik.

 

“Aku tidak bisa menangkap maksudmu, Mark!”

 

Kriiiing!

 

Jangan tanyakan nasib Mark setelahnya. Bagaimana dengan ujian geografi yang siap mengisi hari-harinya kemudian. Karena faktanya; jiwanya meringkuk di gudang ujung sekolah ditemani lagu pilu berupa rintihan yang menguar di udara, delusi akan bayang-bayang Jane terus melayang di otaknya. Sesungguhnya Jane memang dermawan. Dengan baik hati memberikan film horor terbaru kepada Mark secara cuma-cuma. Namun agaknya kedermawanan Jane membuat Mark melahirkan gagasan gila yang nyaris merenggut kewarasannya.

 

Sekarang salahkan siapa?

 

Salahkan saja Mark yang berbicara seperti itu di depan kekasih Jane–yang notabenenya adalah preman paling populer seantero sekolah.

.

.

fin.

My NCT debut ff has been published, yeay!

Let’s support NCT and give more attention for their debut! ❤

16 thoughts on “[Ficlet] Philanthropist

  1. Eeeeh….. Dedek Mark udah main gombal-gombalan ajeee. Sok ngegombal gagal gitu lagi /plak/ mpus dikejer-kejer preman deh jadinya tuh kan…. (?) /errr seketika dibegal mark/ atau dibegal ama yang bikin karena ngerusuh doang.. errr…./
    Pemilihan kosakatanya bagus-bagus loh!! keep writing Don! ::))

    Like

  2. “Salahkan saja Mark yang berbicara seperti itu di depan kekasih Jane–yang notabenenya adalah preman paling populer seantero sekolah.”

    Paling paling pacarnya jane yg naksir mark. Kekempit gombal mark muka hansip gitu /mbeeek/

    Liked by 1 person

  3. kesiaaannn mark nya OMG… mau gombal tapi salah sasaran dan diamuk sama pacarnya beneran… duhhhh caballl ya, cinta itu tak harus memiliki om /apasih des/
    ini kereeenn banget, diksinya mantap, keep writing 😀
    btw, Dessy 93L, salam kenal 🙂

    Like

    • Gak kak, Mark sebenernya pengen nembak tapi agak diganti dikit caranya biar lebih elit XD cinta memang ga harus memiliki dan apa daya yang disini cuma bisa nunggu dinotice bias /krik/

      Salam kenal juga kak Dessy 😉 Donna 01liner disini~ dan makasih udah baca yak ❤

      Like

      • cara nembaknya pake modus pinjem film horror segala, dasar anak remaja jaman sekarang /lahh/
        da kita mah cukup mencintai dari jauh aja :’))
        samasama Donaa.. ini bener 01L? tidak memalsukan umur kan? hehe /duh merasa paling tua/

        Like

      • Kekinian banget ya si mark hehe XD iya kak, aku beneran 01liner, ngga memalsukan kok, biasanya kalo aku malsuin gitu ditua-tuain biar enggak keliatan bocah XD

        Like

  4. waaaa
    Mark Lee!! >_< aku demen aku demen aku demen aku demen aku demen aku demen aku demen aku demen aku demen… (gitu aja terus ya ampe ga jadi komen lama-lama -__-)
    jadi, aku suka banget ya dengan diksinya karena mudah dicerna. aku mah sukanya yang gampang dicerna saat ini karena otakku lagi ga bisa memahami diksi yang ehem ehem (apaan)
    huh, karena aku tukang nyampah, yaudah deh. keep writing ya!

    Liked by 1 person

  5. Ish CIALLLL. Diksinya bagus banget, gigit jari liatnya. /lirik tulisan sendiri/ ishh iri parah kebagusan ini mah:””” /salah pokus btw haha:’v /apadah:’v
    FFnya kece. Udah gitu aja:(:v

    Liked by 1 person

Feedback Juseyo ^^