[Ficlet] The Epilogue

THE EPILOGUE

thehunlulu ©2016

.

Cast: [NCT-U] Jung Jaehyun & Mark Lee

Psychology, Slight!Comedy/Ficlet/PG-15

.

Read this first: Ice Cream by Berly

“Apakah aku cukup lembut dan sopan dalam mengakhiri hidupmu?”

.

.

Sudah mendapat restu dari sang kakak mengenai hubungannya dengan Jane memang tidak selamanya melahirkan kedamaian. Pikiran rasionalnya berkata bahwa kedamaian itu pasti identik dengan keberuntungan. Namun jika keberuntungan tidak berpihak pada kedamaian–atau bahkan sukar untuk singgah barang sejengkal–dalam kehidupan Mark, lantas siapa yang patut disalahkan?

Bersemayam di bawah naungan selimut ditemani aliran pemikirannya yang terlampau suram membuat Mark lantas beranjak. Menepis selimutnya kasar kemudian merajut langkah guna bertopang dagu sembari membiarkan kedua bola matanya berkelana ke arah luar jendela. Mark mengembuskan napas berat, berangsur-angsur menenggelamkan kepalanya pada kedua tangannya yang dilipat. Sembari mengelap uap yang mendominasi kaca transparan di hadapannya, ia mengedarkan pandang.

“Jung Jane…” gumamnya merintih. “Apakah bunuh diri merupakan cara seseorang bersyukur, ya?”

“Bocah edan!”

Mark seketika terjerembab ketika dirasa ada suara yang tidak asing menelusup rungunya. Kemudian ia bangkit dan berbalik, seketika itu juga matanya menangkap sosok yang tak lain dan tak bukan adalah kakak kandung Jane–yang sekaligus mantan preman sekolah yang sudah insaf–tengah berdiri di ambang pintu kamarnya.

“Kak Jaehyun?! Bagaimana bisa kau masuk rumahku?” tanya Mark terbelalak, seperti hendak menghardik Jaehyun yang sedang membawa sebuah bingkisan berwarna putih.

Jaehyun tak menjawab begitu saja, ia lekas memasuki kamar Mark tanpa permisi dan menghempaskan bokongnya di atas kasur empuk milik Mark. Si empunya rumah bahkan belum mengedipkan mata sekali pun namun sudah dibuat geli oleh–

“Mau kubunuh?”

–tawaran sinting dari Jaehyun.

“Memangnya kenapa sih pakai ingin bunuh diri segala? Lagi pula ini sudah malam, pasti keluargamu akan kesusahan mencari ambulans pada malam hari,” ucap Jaehyun penuh penekanan.

“Aku hanya tidak ingin mengetahui hasil ujian tengah semester yang pasti jauh dari kata sempurna,” Mark mengembuskan napas pasrah.

“Astaga! Bagaimana jika Jane tahu bahwa kekasihnya–ah tidak, maksudku, sahabatnya mati konyol seperti itu? Kau ini gila atau–“

“Aku memang gila.”

“Hei! Jane menyuruhku mengantarkan makan malam untukmu, tahu! Ia bilang kau sedang sendirian di rumah dan kau malah ingin menamatkan eksistensimu di muka bumi? Oh ayolah Mark, bahkan kau belum membuat epilog kehidupan agar kematianmu tidak ditangisi oleh jutaan orang.”

Selanjutnya Mark mendengus, menatap bingkisan yang terbungkus rapi di tangan Jaehyun kemudian atensinya memilih untuk membuka bingkisan itu. Selang sepersekian sekon selanjutnya Mark membuka suara.

“Kak Jaehyun…”

Jaehyun menghentikan acara makannya, beralih menempatkan maniknya pada sosok Mark yang terlihat tidak nafsu makan.

“Hm?”

“Apa Jane tidak menyesal ya, bersahabat dengan bocah gila sepertiku?”

Seketika Jaehyun langsung dibuat menggila oleh ucapan Mark.

“Jangankan kau yang notabenenya adalah sahabat karib Jane, ia yang memiliki kakak laki-laki yang sama gilanya sepertimu saja tidak merasakan sesal sedikit pun, kok!” Jaehyun terpingkal hebat, telunjuknya menunjuk-nunjuk air muka Mark yang mendadak mengecut saat dirinya dibuat menangis oleh ucapannya sendiri.

“Kalau begitu cepat bunuh aku.”

“Apa?”

***

Rintihan Mark semakin menjadi. Kelopak matanya tertutup rapat, mengisyaratkan ngilu yang menjalar pada seluruh tubuhnya dengan perlahan. Bahkan kedua telinganya dibuat tuli lantaran sebilah pisau dapur berhasil mendaratkan ujungnya pada pergelangan tangan Mark, merobek nadinya.

Lantai keramik yang berwarna putih sudah tak lagi menjadi sebagaimana mestinya. Tetesan darah Mark menerobos keluar dan membanjiri pakaiannya. Hingga saatnya Jaehyun mengakhiri pemanasannya dalam bermain belati dan kini ia menyuruh Mark untuk membuka kedua matanya.

“Bagaimana, Mark? Apakah aku cukup lembut dan sopan dalam mengakhiri hidupmu?”

“Yeah…bahkan kurasa–akhh…”

“Sebentar Mark, kulit lehermu begitu memesona di mataku dan yeah pisau bermerk terkenal ini membuatku bergairah saja untuk selalu menyambangi setiap lekuk tubuhmu.”

Jaehyun kemudian beralih untuk memutuskan saluran pernapasan Mark pada lehernya. Namun tampaknya ia cukup baik untuk memberi kesempatan agar Mark merangkai epilog kehidupannya sebelum ajal menyapa.

“Baiklah Mark, katakan pesan-pesan terakhirmu.”

“Kau bahkan…akhh…begini saja, jangan terlalu menyakitkan bermainnya, ok?” ujar Mark sebelum ia melemaskan punggungnya pada sandaran kursi dan mendongakkan lehernya.

“Anything else, Mark?”

Mark menggeleng cepat, “Nothing.”

“Baiklah kalau begitu–“

Jaehyun mengembuskan napas.

“–have a great life in your new world, Mark.”

CROT!

“Siap-siap saja–” Jaehyun menyeringai.

“–cincangan tubuhmu akan merasuk ke dalam aliran darah Jane setelah ini.”

.

.

.

–fin–

Bonus #BehindTheScene

/ketauan deh kalo Mark suka rendang saos mozarella/