[Chaptered] Introvert Squad (10화)

sejeongjaeyong

A Fanfiction by Mingi Kumiko

{ Jaehyun, Taeyong, Sejeong, & Chaeyeon | romance, friendship, school life | PG-13 }

“Jaehyun dan Taeyong benar-benar enggak beres!”

Previous Chapter
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6A | 6B | 7 | 8 | 9

.

.

Dengan sebuah kotak yang telah dilapisi kertas bermotif boneka panda berukuran tanggung di tangan kanan, tanpa ragu Jaehyun mengetuk pintu kediaman keluarga Lee. Ia seorang diri menegakkan tungkai di tengah embusan angin musim dingin.

“Jaehyunie! Akhirnya kau datang juga!” sambut wanita cantik dengan kisaran umur empat puluh tahunan itu dengan wajah berseri.

“Wah, aku langsung mencium aroma sup rumput laut setelah bibi membuka pintu!”

“Tumben sekali pakai acara mengetuk pintu dulu? Ayo segera masuk!” Nyonya Lee mempersilakan.

“Aku sudah beberapa minggu tidak ke sini, jadi rasanya canggung.” celetuk Jaehyun.

“Pasti kau mengalami waktu yang sulit, ya, untuk menghadapi ujian akhir? Taeyong juga belajar dengan sangat giat waktu itu. Aku sampai khawatir karena dia kurang waktu istirahat.”

“Ah, lagi pula juga sudah berlalu, Bi… Sekarang sudah merdeka, hehehe…” tandas Jaehyun diakhiri dengan kekehan datar.

 

Jaehyun merotasikan otot matanya ke seluruh penjuru ruangan. Mengapa ia tak sama sekali mendapati esksistensi Taeyong? Bagaimana mungkin ia tega membiarkan ibunya berkutat sendirian menyiapkan hidangan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahunnya?

“Taeyong ke mana, sih, Bi?”

“Dia sedang mengantarkan sup rumput laut ke tetangga. Sebentar lagi juga kembali.” jawab Nyonya Lee yang dibalas anggukan paham oleh Jaehyun.

 

Sebuah derapan langkah menginterupsi Jaehyun, ia pun sontak menoleh dan langsung menyambut seseorang yang baru saja muncul dari ambang pintu itu.

“TAEYONGIE!” seru Jaehyun seraya mengambil langkah seribu untuk menghampirinya.

“Wah, apa itu yang ada di tanganmu? Besar sekali!”

“A special present for my best ever friend!” Jaehyun menyodorkan apa yang sedari tadi ia apit di antara lengan dan pinggang.

“Sangat aneh saat kau memberikannya dengan cara seperti ini,” tandas Taeyong namun tetap dengan senang hati menerima hadiah dari Jaehyun.

“Boleh kubuka sekarang?” tanya Taeyong yang langsung dibalas anggukan oleh si pemberi hadiah.

 

Pemuda Lee itu mengambil posisi duduk di atas sofa yang kebetulan ada di ruangan tersebut. Dengan hati-hati ia membuka kado dari Jaehyun. Bahkan tak ia biarkan segaris pun sobekan menghiasi pembungkusnya.

“Karena kau tak memiliki ketertarikan khusus selain pada buku, jadi aku hanya bisa membelikan itu. Andai kau menggeluti boxing, pasti akan kubelikan sarung tinju.”

“Aku sedang hobi bermain gitar dan membuat lirik akhir-akhir ini, kalau kau ingin tahu.”

“Aish, kenapa kau tidak bilang? Aku sempat melihat tas gitar saat aku hunting ke mal bersama Bibi Oh!”

“Aku cuma bercanda. Terima kasih banyak, ya, Jae! Aku senang sekali kau bela-belakan datang hanya untuk memberikan ini padaku. Akan aku baca semuanya sampai habis dalam semalam!” ucapan Taeyong menciptakan atmosfir haru.

“Kau mau rabun total di usia muda? Aku memberikanmu lima buah buku, bodoh!” bukannya mengindahkan reaksi mellow Taeyong, Jaehyun malah menjitak dahinya agar ia berhenti berbicara konyol.

“Kekeke, aku cuma bercanda… yang jelas, aku sangat berterima kasih.”

“Aku iri karena kau memiliki sesuatu yang membuatmu tertarik. Tidak sepertiku yang selalu menghabiskan waktu senggang hanya dengan berguling-guling di atas kasur atau main play station.” rutuk Jaehyun frustasi dan merebahkan diri di sofa sambil memeluk bantal.

“Oh, iya! Doyoung memberi ini saat aku mengantarkan sup ke rumahnya tadi.” Taeyong menyodorkan secarik lembaran beresolusi A5 pada Jaehyun.

“Apa, nih?” ia pun menerima brosur itu dan membolak-balikkannya dengan pandangan bingung.

“Sanggar tari yang baru buka. Di situ tertulis bisa coba gratis. Bergabunglah!”

“Kau bicara apa, sih? Aku tidak suka menari.”

“Coba saja dulu, siapa tahu hobi freestyle kerammu saat mendengarkan musik heavy metal bisa sedikit terasah.” Taeyong menyelingi tawa atas gurauannya sendiri.

“Kau mengejekku, ya? Tapi kurasa boleh juga. Ayo mendaftar?”

“Kalau aku, sih, enggak tertarik… Tapi akan aku antarkan kau ke sanggar itu.”

“Yah, sayang sekali, padahal aku sudah sedikit punya motivasi.”

.

.

.

Jaehyun memulai harinya dengan hati yang merekah bagai bunga sakura di musim semi. Bagaimana ia tak bahagia, hari ini ibunya akan pulang dari tugas dinasnya dan tinggal di rumah untuk waktu yang cukup lama karena pekerjaannya telah selesai.

“Selamat pagi, Seok!” sapa Jaehyun pada teman sebangkunya yang datang lebih pagi darinya.

“Hai, Jae!” balas Seokmin.

“Jaehyun” panggil seseorang dari belakang sontak membuat si empunya nama memutar kepala untuk menoleh. Ternyata itu adalah Choi Yu Ju.

“Ada apa, Yu?” tanya Jaehyun.

“Nanti ikut ke GOR, tidak?”

“GOR? Oh…, yang katanya tim basket putri akan bertanding melawan SMA Kyungho itu, ya?”

“Iya, datanglah… aku butuh banyak dukungan, nih!” oceh Yuju antusias.

“Lagakmu sudah seperti seorang expert saja… paling-paling juga duduk di bangku cadangan!” sahut Seokmin tiba-tiba.

“Aku tidak sedang bicara denganmu, Seok! Dan satu hal lagi, aku akan ikut main di pertandingan kali ini.” balas Yuju ketus.

“Ayolah, Jae… datang, ya? Di semi final kemarin, kan, kau tidak datang…” Yuju kembali berujar pada Jaehyun dan tak sama sekali mengindahkan eksistensi Seokmin.

Bagaimana ini? Apa yang harus Jaehyun katakan? Hari ini, kan, ada acara makan malam bersama ibu dan dua sahabatnya, mana mungkin Jaehyun bisa pergi ke GOR?

Eum…, kau tanding jam berapa?” tanya Jaehyun ragu namun penuh harap. Semoga saja jadwal pertandingannya tak bentrok dengan acara makan malamnya. Ia sangat tak enak hati apabila harus menolak permintaan gadis berperawakan jangkung itu.

“Jam lima sore, Jae…” jawaban Yuju itu langsung disambut dengan embusan napas lega. Kalau pertandingan dilakukan di kisaran jam itu, masih memungkinkan baginya untuk pergi.

Tiba-tiba sosok yang sedari tadi Jaehyun tunggu lewat di hadapannya telah datang. Buru-buru ia menyapa gadis itu dengan seruan riang.

“Chaeyeon-a, annyeong!”

Annyeong…” balasnya dengan memamerkan gigi depannya yang terbelah.

“Oh iya, nanti kau datang ke GOR, tidak?” tanya Jaehyun.

“Datanglah, Chaeyeonie!” pinta Yuju.

“Tentu saja aku akan datang…” tandas Chaeyeon.

“Mau berangkat bersamaku, tidak?” ajakan itu secara refleks terlontar dari oral Jaehyun. Pemuda itu pun memasang raut penuh harap.

“Oke…” dengan mudahnya Chaeyeon mengangguk setuju. Sebuah senyuman pun terulas dan menandakan ribuan kupu-kupu dalam perut Jaehyun telah mendapat semangat untuk mengepakkan sayap.

.

.

.

“Wah, kau berani mengajaknya pergi menonton pertandingan basket? Daebak!” celetuk Taeyong takjub setelah mendengar cerita yang dilontarkan sahabatnya itu.

“Karena pada dasarnya dia memang gadis yang ramah, jadi aku punya sedikit keberanian. Dan tadi pun teman-temanku tak bereaksi berlebihan saat aku mengajaknya.” Jaehyun berucap sambil meneruskan usahanya menyobek saus sachet untuk ia oleskan di atas burger yang barusan ia beli di kantin.

“Kau janjian dengannya di halte?”

Eum, tadi aku sudah tanya padanya, boleh apa tidak aku menjemputnya dengan motor, dan dia bilang tidak apa-apa…,”

Omo, daebak! Kalau begitu, kau harus minta izin orang tuanya.”

“Kenapa harus begitu? Bukannya menunggu di depan rumah saja cukup?”

“Hei, mana boleh seperti itu! Bagaimana pun juga kau harus menghormati orang tuanya. Hitung-hitung berusaha mencuri hati… Eh, bukannya begitu juga, sih! Kalau kau membawanya pergi tanpa izin orang tuanya, itu namanya enggak sopan.”

“Tapi kalau orang tuanya enggak suka padaku bagaimana?”

“Hahaha, mana mungkin orang tuanya menolak pria setampan dirimu, Jae!” Taeyong mengacak surai kelam milik Jaehyun.

“Kau memang ahlinya dalam menggombal, Tae…”

.

.

.

“Kau enggak lapar, Sejeongie?” celetuk Nayoung memecah lamunan sahabatnya yang tengah menopang dagu dan menumpukan tangan di atas meja itu.

“Hm, lumayan, sih… ke kantin, yuk?” ajak gadis manis itu yang langsung ditanggapi dengan anggukan oleh Nayoung. Keduanya pun lantas melangkahkan tungkai ke ambang pintu untuk membeli makanan.

Butuh sekitar tiga menit bagi gadis-gadis itu untuk sampai ke kantin. Suasananya lumayan lengang karena jam istirahat juga akan berakhir setelah ini. Sebenarnya Sejeong tak tahu makanan apa yang hendak ia beli untuk mengisi perut. Iya memang lapar, tapi sedang tidak dalam mood untuk menelan sesuatu.

“Aku mau beli roti kacang merah, kalau kau?” tanya Nayoung namun tak direspons oleh sahabatnya itu. Gadis jangkung itu pun memutar kepala untuk menoleh sahabatnya. Ia lantas mendapati Sejeong yang sedang menitikberatkan fokusnya ke satu arah. Karena heran, Nayoung pun mengekori arah pandang Sejeong dan tertangkap oleh netranya dua orang lelaki yang tengah duduk sambil bersenda gurau di kantin. Satunya memegang burger, sedangkan satunya lagi hanya memiliki segelas jus tomat di hadapannya.

Mereka ngobrol dengan serius, namun sesekali saling melempar tawa. Nayoung langsung membeliak—berbeda dengan Sejeong yang tetap konsisten menatap mereka dengan sorot halilintar—saat salah satu dari mereka yang bersurai legam tiba-tiba mengelus lembut pucuk kepala si rambut hazel.

“Jaehyun dan Taeyong benar-benar enggak beres!” Nayoung terlongo dan masih terpaku. Pantas saja Sejeong langsung terlihat kesal.

Tsk!” Sejeong menghentakkan kakinya yang beralaskan sepatu ke tanah dengan perasaan jengkel. Tangannya yang bersedekap makin erat mencengkeram lengannya. Tanpa tedeng aling-aling ia lekas berbalik dan melenggang pergi dari kantin. Tak ia hiraukan perutnya yang keroncongan dan eksistensi Nayoung.

.

.

.

Taeyong berkali-kali mengecek ponselnya untuk memastikan ada balasan dari Sejeong atas sebuah chat yang sekitar lima belas menit lalu ia kirimkan. Ini sudah upaya pengecekan yang kelima belas, namun tanda centang dua—yang menandakan  pesan telah terbaca—itu belum juga mendapat respon. Pemuda itu pun terheran, tak biasanya Sejeong seperti ini.

“Oi!” tiba-tiba seseorang menegurnya sambil menepuk pundaknya. Saat Taeyong menoleh, ternyata yang barusan melakukan hal itu adalah Jung Jae Hyun.

“Hai, Jae…” sapanya lugu.

“Kenapa masih di sini? Biasanya sudah ke perpustakaan…”

“Aku menunggu Sejeong membalas pesanku. Rencananya aku mau mengajaknya ke perpustakaan bersama, tapi sampai sekarang enggak ada jawaban untuk ajakanku,” jelas Taeyong dengan mimik gusar yang sangat jelas tersirat di wajahnya.

“Tidak kau cari di kelasnya saja?” tanya Jaehyun.

“Mau menemaniku pergi?”

“Ayo!”

Sesampainya di ruang 201—yang merupakan ruang kelas Kim Se Jeong—kedua pemuda itu pun mendapati suasana lengang di ruang tersebut.

“Sepertinya sudah pada pulang,” celetuk Jaehyun.

“Jae…,” gumam Taeyong dengan nada lesu.

“Ada apa?” Jaehyun kemudian menoleh dan mendapati sahabatnya itu tertunduk sambil menggembungkan pipinya.

“Aku merindukannya…” Taeyong mengerucutkan bibirnya dan berujar dengan nada lesu. Jaehyun langsung menyatroninya dengan wajah terlongo. Ini sungguh konyol, bagaimana bisa sahabatnya itu bertingkah sekekanakan itu hanya karena tak bertemu dengan Kim Se Jeong?

~ TBC ~

Engga ngerti ini apa pokoknya huuuuaaaaaa >///< maaf aku lagi kena WB jadi idenya mentok ala kadarnya macam demikian :” harap sabar untuk yang menunggu ending aku juga berupaya mengakhirinya namun tak kunjung memperoleh titik temu T_____T

Dan sejatinya aku pun memiliki project baru yang ingin segera aku eksekusi, tapi kok tidak terasa SBMPTN sudah 2 bulan lagi, mana ada UAS, USBN kimia & fisika, UN, hahahahaha kenyang rasanya. Sekarang begadangnya bukan nyelesaian FF tapi nontonin video pembahasan soal di Zenius. Masya Allah rajinnya aku :’v /GAK /KOK MALAH CURHAT

Makasih ya untuk yang sudah bersedia membaca sampai sini, jangan lupa tinggalkan jejak berupa sebelah sisi sepatu kaca /emang cinderella?

16 thoughts on “[Chaptered] Introvert Squad (10화)

  1. Bentar, freestyle keram itu yang kayak di Spongebob itu bukan sih? /Abaikan. Tidak penting/ wkwk

    Hadduuuuh tambah gemas sama JaeYong. Plis, segimana manisnya si mereka berdua sampe berhasil bikin Sejeong ngambek? Ckckck

    Semangat terus ya nulisnya, semangat juga buat UN dan SBMPTN-nya ya. 🙂

    Liked by 1 person

  2. yey akhirnya dipublish xD
    sempet lesu kmrn bolak-balik nunggu chap 10 tp akhirnya ada juga xD

    JaeYong JaeYong JaeYong!!
    kok aku mulai baper sih :’v

    cup cup Sejeongnya mending sm oz aja sini >< /digebukin Taeyong/

    klo blm nemu ending ya jgn dipaksa nnti alurnya mlh berantakan dan btw makin lama makin seru liat Sejeong ilfeel haha /ditabok Sejeong/

    ok btw semangat ya jalanin SBMPTN nya
    ditunggu next chapt ~

    Liked by 1 person

    • Aduhh jadi feeling guilty karena udah bikin nunggu, maaf :”””
      Yg baca aja baper apa lagi yg nulis coba ~~
      Tidak bisa Oz, sejeong hanya milik jellyfish wkwk
      Oke makasih sarannya, kugarap endingnya sewoles mungkin biar nyaman dibaca hehehe
      Makasih Oz semangatnya :3 tunggu next chapt ya ^^

      Like

  3. MBALELEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEL KUKANGEN JAEYONG!!!! SELALU KANGEN JAEYONG!!!!!!!!!!!! APALAGI PAS BACA PART INI MAKIN SYUKA SAMA MEREKA BERDUAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!! Aku juga penasaran sih sama kelanjutan bagaimana nasib Sejeong dengan api cemburunya 😀 Duh mbalel, kutaktahu mau komen apa lagi :v Aku juga lagi Comment Block, biasanya komenku panjang tapi kali ini nggak tau mau ngetik apa selain AKU MAKIN KEPOOOOOOOO~ Oh iya, pas pertama-tama itu kenapa di italic mbak? Itu flashback kah? Jujur ya, aku mudeng-mudeng-enggak pas bagian itu :v Entah karena belum makan, belum dikasih duit sama Mark, atau karena aku emang kepinteran.

    Btw, ff ini mau habis ya? Yah kok mau habis? *nangis bareng Jaehyun* Jangan dong, panjangin biar kayak sinetron di Indo 😀 Enggak ding, cepat tamat itu lebih berkesan (menurutku sih). Tapi mbalel, pas baca part ini aku kok berasa sedih ya? Nggak tahu deh sedihnya di mana, apalagi pas lihat interaksi Jaehyun ke Chaeyeon. Kenapa ya? Kayak ada yang gimanaaaaa gitu :’3 Aku maunya Jaehyun sama Taeyong aja deh, atau kalau enggak, Jaehyun biar sama aku (coret bagian ini plis)

    Btw, semangat buat Yuju yang mau tanding basket ya & jangan pernah bisa akur sama Seokmin hihihi, konyol banget interkasi mereka. Berasa Tom & Jerry ❤ ❤ Jadi makin syuka deh sama Seokmin ❤ ❤ ❤ ❤

    Dan mbalel, apa komenku di part ini terlalu singkat? Bilang aja mbalel, ntar di part 11 komenku bakal kujadiin oneshoot (siapa tahu bisa dapat oleh2 dari Blimbing/bhaks/ngasah golok/nggak ada hubungannya -_-) Soalnya aku ngetiknya di hape, jadinya nggak leluasa pake dua tangan HAHAHA maklum lah, aku kan makhluk purba -_-

    Liked by 1 person

    • Anjayyy ini panjang BANGET Masya Allah XD
      Iya itu flashback gimana ceritanya Jaehyun bisa jadi anggota klub tari padahal aslinya dia introvert dan ga suka sosialisasi. Nahh kan sebenarnya ga jauh2 juga alasannya karena Taeyong yang nyaranin dia, giccyyuuuuu XD
      Anjayy kok malah sedih pas scene jaeyong wkwk kamu terlalu terkontaminasi bromance nihh
      Bisa engga ya panjang, kayaknya sisa 2 chapter lagi ini wkwkwk
      Iyaaaaa aku juga suka seokmin 💕💕💕
      Makasih ya jiyoooo sudah baca dan komen, semangat ku banget pokoknya :3

      Liked by 1 person

  4. Aku salut sama author yg bisa nulis chapter. Sepertinya harus mempertahankan ide dan jatuh cinta sama castnya. Pokoknya gak boleh bosen sama cerita dan cast sendiri. Apalah dayaku yang suka bosenan. Pokoknya semangat ka lel, yg baca ini sebenarnya banyak kok (sok tahu) cuma pda sider aja kali. wkwkwkwkwk aku juga menunggu Jaeyong, tapi ada mas deka ih, ciee yg pengin deketan sama Jae, btw, mba sejong knp rada mirip nabila jkt48 ya, wkwkwkwk

    Liked by 1 person

    • Ini Lely bisa nulis chapter karena ceritanya so recceehh engga kaya ffnya Amel yg alur dan bahasanya selalu tingkat dewa 😭😭😭
      Alhamdulillah yaaa skrg seokmin sudah dinotice sama Jaehyun bahkan mereka segeng woaaahhh 💕💕
      Mirip Nabilah dari mana sih, orang mirip aku gitu mel /dirajam wkwk mirip sih tapi kayaknya soalnya di sini sejeong tembem :’v
      Makasih ya ameeell sudah bacaaa ^^

      Liked by 1 person

Feedback Juseyo ^^