[Ficlet-Mix] Her Cuteness and His Kiss

Her Cuteness and His Kiss

Written by Berly ©2017
• ᴥ •

Starring : Mark Lee and [thehunlulu’s OC] Jane Jung
Genre : Romance, Fluff-Light
Rating : PG-15
Duration : 2-Ficlets
Kolase by thehunlulu’s ❤

I just own the plot!

“And when you laugh, I swear, the strom inside me calms.” -PM from twitter @SCREAMPOETS

***

#NP 볼빨간사춘기 (Bolbbalgan4) – 심술 (Mean)~

Sepulang kerja kelompok dari rumah Ruiha, Mark dan Jane kini tengah dalam perjalanan pulang—mereka berjalan kaki bersama di waktu sore hari.

“Mark, tunggu aku.” Jane berteriak lemas tertinggal di belakang Mark.

“Jalanmu lamban sekali, sih, Jane,” goda Mark iseng, sengaja mempercepat langkahnya lagi.

“Tali tasku putus, nih, tali sepatuku juga lepas… dan entah kenapa aku susah sekali memperhatikan jalanan,” sahut Jane polos menimpali suara Mark.

Mark menghentikan langkahnya sejenak, mengingat seperti ada yang ketinggalan—jelas bukan Jane yang ketinggalan, namun ia tak menyadari benda apa yang tertinggal? Lalu kala Mark memutar badannya ke belakang demi mengingat-ingat kejanggalan yang dirasakan, ia pun melihat presensi Jane mendekat—berjalan lemas di sana dengan sebuah topi yang bertengger kebesaran di kepala Jane.

Nah! Itu dia benda yang tertinggal. Topi Mark!

Mark terkikik di dalam hati, ia gemas sekali melihat kondisi dan tingkah Jane yang kerepotan; membawa tas yang putus di depan, langkah yang berhati-hati, kemudian kepala yang selalu mendongak, serta tak lupa bibir manyun yang terpatri di rautnya demi melihat jalanan dan Mark di depannya.

Ketika Jane telah sampai di hadapan Mark, Jane mendongak lagi, “Apa? Kenapa berhenti?” tanyanya sarkas.

“Hmm… jelaslah Jane-ku susah berjalan, ternyata ada ini di kepalanya, lucu sekali.” Mark tersenyum geli seraya mengambil topinya dari kepala Jane.

Jane merengut, “Ah, pantas saja aku seperti susah sekali memandang jalanan, ternyata itu.”

Mark tertawa seraya memakai topinya kembali di kepala sendiri—posisi snapback. Lalu ia berjongkok di hadapan Jane untuk mengikat tali sepatu Jane yang terlepas. Seusai talinya terikat rapi, ia bangkit, lantas mencondongkan kepalanya di hadapan Jane. Mark menatap intens manik Jane yang masih keheranan dengan perlakuan Mark.

Remaja laki-laki itu tersenyum, tangannya bergerak mengambil tas Jane sementara bibirnya kontan mencium pipi Jane singkat. “Terima kasih, Jane-ku baik hati sekali mau membawakan topiku yang kulupakan.”

Jane membeku di tempat. Sedangkan Mark telah menenteng tas Jane di depannya, kembali berjalan riang meninggalkan Jane di belakang.

Jane meraba pipi kirinya sejenak, rona marun muncul di kedua pipi pualamnya, lantas ia tersenyum senang dan kembali menyusul langkah Mark dengan semangat, “Mark, tunggu Jane-mu ini!”

***

“Ha-hatchi! Hatchi!!!”

Udara musim dingin di bulan Januari menimbulkan penyakit flu berkepanjangan bagi banyak orang yang merutukinya. Salah satunya adalah Jane. Meski sudah memakai pakaian yang tebalnya melebihi kumis Pak Kepala Sekolah mereka di sekolah, gadis manis bergigi kelinci itu tetap saja tak bisa mengelak dari penyakit flu yang sedang menyerangnya.

Hidungnya yang memerah jadi sering bersin-bersin, Jane juga tak pernah luput dari kegiatan menyedot ingusnya dalam-dalam selama pelajaran Minseok Seosangnim berlangsung.

Mark yang sedang duduk di samping Jane karena mereka ada di dalam satu kelompok belajar lagi, kontan melirik Jane lantaran konsentrasinya sedikit teralihkan.

“Jane… kau baik-baik saja?” tanya Mark khawatir dengan raut Jane yang memerah. Ia menyentuh dahi Jane, lantas melepasnya cepat-cepat. Panas sekali!

Mark segera mengacungkan tangannya di tengah kelas yang sedang hening mendengarkan materi Fisika, hingga Minseok Seosangnim melihat presensinya di bangkunya. “Ya, ada apa, Mark?”

“Jane sakit Seosangnim, badannya panas sekali.”

Minseok menghampiri Jane yang kini sedang lemas, lalu memegangi dahi Jane yang memang benar panas. Ia melihat jam tangannya sejenak, kemudian menghela napasnya memaklumi. “Jane, kau demam. Mark, antar Jane pulang sekarang, ya? Lagi pula jam pelajaranku sebentar lagi usai, jadi kalian pulang lebih dulu juga tidak masalah.”

Mark mengangguk sigap. Kemudian langsung merapikan buku-buku dan alat tulis milik Jane dan miliknya ke dalam tas. Memapah tubuh Jane keluar dari kelas—setelah sebelumnya Jane pamit bersama Mark pada teman-temannya. Mereka pun berjalan berdua di lorong sekolah yang sepi—karena waktu masih menunjukkan jadwal jam pelajaran.

“Kenapa kau tidak bilang kalau sedang demam?” Mark bertanya masih sambil memapah Jane.

“Kukira demamnya sudah turun, karena aku sudah minum obat tadi pagi, tapi sekarang demamnya naik lagi.”

“Harusnya kau istirahat di rumah saja hari ini.”

Jane menyedot ingusnya kembali, “Tapi—,” ingin menjawab suara Mark lagi, tetapi malah—

“Haatchi!!!”

“Haaatchi!!!”

“Haaaaaaatchi!!!” —gadis itu kembali bersin-bersin.

Mark tak berbicara, ia hanya mencium pipi Jane lembut, singkat.

Jane membulatkan kedua matanya, “Mark?! Apa yang kau—,”

“Biar Jane-ku tidak bersin-bersin lagi. Biasanya, Kak Emma yang selalu bersin-bersin karena alergi bulu Miho di rumah, akan segera hilang bersinnya bila ada yang mencium pipinya.”

Jane mengerutkan keningnya tak percaya.

“Tuh, ‘kan? Bersinmu hilang, apa kataku?” Mark melirik Jane lagi lalu tertawa kecil, sementara warna wajah Jane semakin memerah seperti tomat matang.

fin.

1. Kangen Mark-Jane
2. Kangen Mark-Jane
3. Kangen Mark-Jane
4. Berly’s back yo! :))