[Chaptered] My Lesbian Roommate (Page 3)

mylesbianroommate

My Lesbian Roommate by Mingi Kumiko

{ Main cast : Jaehyun & Chaeyeon | Other cast : 17’s Wonwoo & DIA’s Eunjin | Genre : romance, hurt/comfort, college life | Rating : PG-17 }

“Aku memang tahu kalau kampus ini terkenal terbuka dengan kaum semacam itu. Tapi tidak mungkin gadis secantik kau juga termasuk salah satu dari mereka!”

Previous Chapter

Page 1 | Page 2

.

.

Suara percikan minyak serta aroma harum telur dadar menusuk indra penciuman Jaehyun dan membuatnya terbangun dari alam bawah sadar. Entah sudah dimensi ke berapa yang berhasil ia lalui selama matanya terpejam.

Dengan mata yang masih menempel, ia mengerjap-ngerjap. Setelah sepenuhnya sadar, Jaehyun meregangkan otot-ototnya yang masih kaku.

“Jihyunie, kau sudah bangun?” sambut Chaeyeon riang. Gadis itu tengah memasak sarapan untuk dirinya dan kawan barunya itu.

Usainya kegiatan yang ia lakukan di dapur ditandai dengan beberapa hidangan yang sudah tersampir di atas meja kecil yang terletak di antara ranjangnya dan ranjang milik Jaehyun.

“Segeralah mandi, kemudian kita sarapan bersama.” ucap Chaeyeon pada Jaehyun. Yang disuruh pun tanpa membantah segera beringsut dari kasurnya dan bergegas ke kamar mandi.

Selagi Jaehyun membersihkan diri, Chaeyeon pun menata kasur yang baru saja ditiduri Jaehyun dan melipatkan selimutnya.

Di dalam kamar mandi, Jaehyun mengembuskan napas lega. Untung saja, hingga ia bangun tubuhnya tetap tertutup selimut. Karena memiliki kebiasaan memeluk guling saat sedang tidur, Jaehyun jadi selalu ereksi di pagi hari. Bisa bahaya kalau sampai Chaeyeon melihat aset-nya itu mencungul dari rok pendek yang Jaehyun kenakan.

.

.

.

Suasana Universitas Deokdoo amatlah berbeda dari apa yang Jaehyun imajinasikan. Tak banyak aktivitas yang terjadi, entah karena masih pagi atau memang setiap hari selalu seperti itu. Sebab kampus tersebut dikhususkan untuk mahasiswi, Jaehyun bisa melihat banyak gadis dengan gaya yang berbeda-beda—namun yang paling menarik perhatiannya tetaplah perempuan dengan bokong yang indah. 

Oke lupakan, Jaehyun tak terlalu ambil pusing mengenai itu. Anggap saja sebagai hiburan di tengah penderitaannya menyamar sebagai perempuan. Ya ampun, dari tadi punggungnya terasa gatal. Sebenarnya itu salahnya, sih, karena tidak tanya pada Eunwoo tentang kancing urutan keberapa yang ia gunakan untuk mengaitkan beha Jaehyun kemarin. Jadi sehabis mandi, pria itu asal menyematkan ke kancing pertama. Alhasil, selain punggung yang terasa gatal, dia pun jadi sedikit kesulitan bernapas.

Untuk pertama kali sejak ia bekerja di Easy Smart Corporation—tepatnya dua tahun yang lalu—ia sudah merasa kenyang sepagi ini. Semua berkat masakan yang Chaeyeon buat. Gadis lesbian itu menyuruh Jaehyun makan banyak sekali, bahkan ia sampai repot-repot mencidukkan nasi ke piringnya saat nasinya masih ada setengah. Sungguh dapat dikatakan aneh untuk sosok teman yang baru ia kenal kurang dari dua puluh empat jam yang lalu.

“Ayo, Jihyunie… lewat sini kalau mau ke ruang tata usaha.” kata Chaeyeon menginterupsi saat Jaehyun tengah asyik melihat-lihat mading kampus. Tubuh pemuda—yang tengah menyamar—itu pun refleks terhuyung ke samping karena Chaeyeon menariknya.

Mereka pun akhirnya sampai di tempat tujuan. Selagi Jaehyun memasuki ruangan itu dan mengurus beberapa hal, sang kawan—siapa lagi kalau bukan Chaeyeon—pun menunggu di depan. Saat sedang menyandarkan tubuh di dinding sambil menyedekapkan tangan, tiba-tiba seseorang menyapanya.

“Chae!” suara serak-serak basah itu membuat wajah si empunya nama menengadah.

“Eunjin! Kau ada kelas pagi?” Chaeyeon menanggapi sapaan gadis itu dengan riang.

“Iya, Jinho Ssaem memajukan jadwalnya tanpa alasan yang jelas. Oh iya, kau akan datang, kan, hari Kamis?”

“Lo, ada apa?” bingung si Gadis Jung.

“Hyuna eonnie cuma menyuruh kita kumpul-kumpul.”

Belum sempat Chaeyeon menanggapi ujaran Eunjin, tiba-tiba sosok Jaehyun telah keluar dari ruang tata usaha. Eunjin pun dibuat terkejut, ia tak pernah menjumpai gadis berperawakan tak biasa seperti yang ada di hadapannya saat ini.

“Cepat sekali mengurusnya, Ji?” tanya Chaeyeon, Jaehyun cuma mengendikkan bahu—berhubung pertanyaannya memang tak terlalu membutuhkan jawaban.

“Oh, iya! Eunjin, kenalkan… ini Jihyun, dia jadi roommate-ku sejak kemarin.”

Mendengar Chaeyeon bicara seperti itu, Jaehyun pun langsung menjulurkan tangannya, “Halo, aku Jung Ji Hyun.” katanya ramah sambil memamerkan lesung pipi. Eunjin pun menjabat tangan besar itu tanpa rasa curiga.

“Wah, syukurlah sekarang Chaeyeon tidak sendirian saat malam. I beg you to be a good friend for her.” pinta Eunjin dengan raut memelas. Jaehyun dibuat bingung dengan sikap gadis itu. Seperti dia memiliki hubungan yang sangat intim dengan Chaeyeon sampai repot-repot memberinya pesan seperti itu.

Apa jangan-jangan… gadis itu juga sejenis dengan Chaeyeon?!

.

.

.

Materi aktuaria berlangsung membosankan untuk Jaehyun. Berhubung dulunya ia adalah mahasiswa Sastra Inggris—jangan tanya mengapa ia bisa tersesat di Easy Smart Corporation, cukup salahkan Cha Eun Woo yang memperkenalkannya kepada Tuan Lee dan mempekerjakannya sebagai partner pemuda tampan itu.

Penjelasan dari dosen yang tengah mengajar hanya sekadar masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri tanpa ia olah di otak terlebih dahulu. Otot matanya tertarik untuk memperhatikan Chaeyeon yang kebetulan duduk di sebelahnya. Gadis itu terlihat serius mencatat prinsip-prinsip dasar serta rumus yang tertulis di papan.

Kelas pun selesai, satu per satu mahasiswa berhamburan turun dan keluar dari ruang berdominan putih itu.

“Ji, mau ke kantin, tidak?” tanya Chaeyeon saat mereka telah sampai di ambang pintu. Jaehyun lantas menoleh dengan raut keheranan.

“Ya ampun, Chae… kan, pagi tadi kita sudah makan banyak.”

Eung, enggak apa-apa, kalau mau makan aku akan mentraktirmu.”

“Eh? Jangan, jangan! Nanti jadi pemborosan.” Jaehyun spontan menolak.

“Tak apa, teman yang baik itu, kan, yang selalu berbagi makanan…” ujar Chaeyeon sambil mengedip-ngedipkan matanya. Saat melihat tingkahnya, entah mengapa jantung Jaehyun jadi mendadak berdegup. Lagi-lagi ia harus mengakui pesona imut yang dimiliki gadis itu.

Sebenarnya Jaehyun benar-benar dibuat takjub dengan ketulusan hati Chaeyeon. Baru sehari dia menghabiskan waktu dengan gadis itu, namun ia telah berhasil memberinya banyak kesan. Ternyata kaum lesbian tak semenjijikkan yang ia pikir.

“Bagaimana kalau aku mentraktirmu kopi?” tawar Jaehyun secara spontan tanpa maksud tersirat. Berhubung ia merupakan tipikal orang yang tak suka berhutang budi. Toh, harga kopi di kafe juga tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan bayaran yang akan ia dapat setelah penelitian ini selesai.

“Kyaaa, Ji… Kau serius?!” Chaeyeon berseru. Dan seperti biasa, Jaehyun hanya menanggapi dengan senyum simpul yang dibuat semanis mungkin hingga menyerupai perempuan.

“Kau baik sekali!” kata gadis Jung itu lagi.

“Sudah, jangan kebanyakan memujiku. Ayo segera pergi.” Jaehyun menyeret tangan Chaeyeon untuk segera berlalu dari ruang kelas.

Agar sampai ke gerbang, mereka harus berjalan melewati gedung fakultas sastra. Sembari berjalan, Jaehyun celingukan, pandangannya menyelimuti seluruh penjuru kampus. Meski tahu tak ada yang menarik, namun tak ada hal lain yang bisa ia lakukan. Mengajak ngobrol Chaeyeon pun rasanya tak mungkin, ia belum memiliki ide tentang bahan penelitian.

Derap langkah Chaeyeon tiba-tiba berhenti dan membuat Jaehyun yang berada di sebelahnya juga ikut-ikutan. Belum sempat pemuda itu bertanya apa alasannya, Chaeyeon sudah menarik tangan Jaehyun dan mengajaknya berbalik arah.

“Hei, Jung Chae Yeon!” pekik seseorang dari kejauhan. Gadis itu tak mengindahkan panggilan itu dan terus mempercepat laju tungkainya.

Mungkin Chaeyeon kurang beruntung, karena kini orang yang sedari tadi terus mengejarnya itu berhasil menyusul langkahnya dan mencegah ia terus melangkah.

“Kau tidak bisa memperlakukan aku seenaknya!” hardik seseorang berperawakan tinggi kurus itu dengan sorot tajam yang telak mengarah pada Chaeyeon. Gadis yang tengah merasa dirinya tengah tersudut itu pun menundukkan kepalanya, enggan menatap paras pemuda di hadapannya itu.

Jaehyun yang berada di belakangnya pun mengatupkan bibir, berusaha membaca situasi, namun tak berhasil. Dalam pikirannya tengah melayang-layang pertanyaan tentang siapa lelaki itu sebenarnya.

“Beralasan bahwa kau adalah seorang lesbian untuk menghindariku, hahaha… kau tak akan berhasil, Nona Jung. Jangan membodohiku dengan alibi konyol semacam itu.” imbuh lelaki itu. Mata Jaehyun pun terbelalak hebat, pria tanpa nama itu sungguh kasar. Sekarang ia mulai paham dan bisa menarik konklusi.

Tapi tunggu, menelaah perkataan pria itu lebih lanjut, tadi ia mendengar pernyataan bahwa Chaeyeon telah mengaku padanya bahwa dia adalah seorang lesbian—namun pemuda itu bersikukuh tak percaya. Cukup mengesankan. Karena selama ini yang ia tahu, mengaku secara terang-terangan tentang identitas mereka yang berorientasi seksual menyimpang merupakan hal yang tabu.

“Aku bilang begitu bukan hanya karena ingin kau menjauh dariku. Tapi aku memang seperti itu, dan aku tak akan pernah bisa tertarik padamu, Wonwoo-ssi! Harusnya kau memaklumi apabila sebagian mahasiswi Universitas Deokdoo adalah lesbian. Itu sudah jadi rahasia umum!” Chaeyeon bicara dengan kaki yang gemetar. Jaehyun refleks menganga, namun segera ia tutup mulutnya dan kembali bertingkah seolah tak mendengar apa-apa.

Lumayan, aku dapat fakta baru!

Setelah mengetahui namanya, Jaehyun diam-diam mulai tertarik untuk menerka identitas pria itu melalui kostum yang ia kenakan. Badannya terbalut oleh pakaian kerja yang sesuai standar K3. Di lengan sampingnya tersampir test pen dan pulpen. Kalau tidak salah tebak… pemuda itu adalah tool man di Universitas Deokdoo. Dan satu hal lagi yang penting, dia menyukai Chaeyeon.

“Aku memang tahu kalau kampus ini terkenal terbuka dengan kaum semacam itu. Tapi tidak mungkin gadis secantik kau juga termasuk salah satu dari mereka!” Wonwoo bersikeras mengelak.

“Aku bisa buktikan padamu, Wonwoo-ssi!” balas Chaeyeon. Beberapa sekon kemudian, tangannya pun mencengkeram pergelangan Jaehyun dan menariknya agar lebih mendekat. Hati pemuda itu pun langsung disambangi perasaan tidak enak. Nampaknya hal yang tak menyenangkan akan terjadi sebentar lagi.

“Gadis di sebelahku ini namanya Jung Ji Hyun, dan dia adalah pacarku.”

to be continued

jadi guys, ini lah yang dinamakan PG-17. Enggak harus selalu ada adegan mesra-mesraan ala orang dewasa. Tapi bahasa yang vulgar dan perilaku menyimpang yang tidak seharusnya ditiru anak di bawah umur pun juga termasuk (homoseksual itu perilaku menyimpang, kan?). maaf kalo ada yang enggak paham sama beberapa narasi di chapter ini. sejatinya aku pun enggak pernah ereksi guys /IYA LAH LU CEWEK BEGO/ just blame google if I wrote the wrong description LOL.

/bisa kali ya kalo nanti ini udah tamat dibikin bonus chapter edisi Wonwoo hahaha/

Makasih untuk yang sudah mau baca, jangan lupa tinggalkan jejak ;)))

31 thoughts on “[Chaptered] My Lesbian Roommate (Page 3)

  1. Ini gimana sih? Aku baru baca di tahun 2018 dimana biasa ngeliat jaehyun yg laki kekar tp disini mikirin kancing bh di nomer berapa. Gustiiii nu Aguuuuunnggg… Huhuu..

    Like

Feedback Juseyo ^^