[NCTFFI Freelance] The Spinning Heart (Chapter 4) – End

IMG-20160419-WA0018

The Spinning Heart Season 4

Author : Shin Rae Bin
Length : Chaptered
Genre : Romance
Main Cast :
Dooyoung NCT U
Wooji (Imaginer Cast)
Taeyong NCT U

.

Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 (End).

.

Cuplikan season sebelumnya

Taeyong sangat menyesal ketika Wooji memutuskan untuk pergi ke Thailand dengan menggunakan tiket pemberian Dooyoung. Perlahan tapi pasti Wooji sudah bisa merasakan cinta kepada Dooyoung. Bahkan kini Wooji sudah mulai mengkhawatirkan Dooyoung. Namun, berbeda dengan Dooyoung. Melihat kekhawatiran Wooji kepada Taeyong yang sedang cedera karena latihan, Dooyoung berpikiran untuk menyerah kepada perasaannya sendiri. Dooyoung berpikiran untuk mengakhiri penantian cintanya pada Wooji dan mengembalikan Wooji pada Taeyong yang lebih dicintainya.

Author POV

Wooji sudah diantarkan ke kamarnya. Tapi Wooji masih merasa sesuatu yang janggal sedang dirasakan Dooyoung. Ketika Dooyoung akan meninggalkan kamar Wooji, tangan Wooji secara refleks langsung menarik Dooyoung dan memeluknya dengan sangat erat.

“Waeyo?” Dooyoung kebingungan.

“Gomawo Dooyoung-ah” Mata Dooyoung terpejam sempurna. Dooyoung sangat faham bahwa kini Wooji sedang berusaha memberikan cinta padanya. Namun, sepertinya keputusan Dooyoung sudah bulat. Dia akan memberikan kembali Wooji kepada Taeyong.

“Tidurlah Wooji, aku baik-baik saja. Tak usah khawatir. Saranghae” Wooji memejamkan mata ketika tangan Dooyoung memegang pipinya. Tak disangka ternyata Dooyoung mendekatkan bibirnya ke bibir Wooji. Hanya ciuman lembut sambil Dooyoung berusaha menahan air matanya.

“saranghae” kembali pengakuan cinta terlontar dari mulut Dooyoung.

Mungkin ini akan menjadi perkataan cinta terakhirku untukmu” hati Dooyoung mengucapkan perpisahan terlebih dahulu.

Taeil POV

Hari konser kami tiba. Aku melihat semua member mulai membereskan semua keperluan konser kecuali Dooyoung. Entahlah apa yang terjadi dengan member yang satu ini.

“Dooyoung waeyo?” aku sangat mengerti keadaan hati Dooyoung sekarang.

“gwenchana hyung, aku hanya sedang berusaha memantapkan hatiku untuk merelakan Wooji”

“ne? Dooyoung kau serius dengan keputusanmu ini?”

“ne hyung, aku memang sangat mencintainya hyung, tapi aku tidak boleh memaksakan cintaku padanya” Dooyoung langsung meninggalkanku sambil membawa perlengkapan untuk konsernya. Aku sangat tidak mengerti dengan kehidupan cinta mereka. Semoga semua keputusan Dooyoung memang yang terbaik.

Wooji POV

Konser akan segera dimulai. Aku sudah menunggu di ruang ganti. Para member tengah sibuk dengan persiapan mereka. Keadaanku tidak sehat saat ini. Kepalaku terasa sangat berat badanku juga sangat lemas bahkan hampir tidak kuat untuk berdiri. Konser sudah berlangsung, aku hanya melihat mereka dari layar monitor saja.

Beberapa jam kemudian konser selesai. Mataku tidak bisa lepas dari Taeyong karena mengkhawatirkan keadaan kakinya. Namun, entah mengapa selain Taeyong aku juga mulai mengkhawatirkan Dooyoung. Entah mengapa ada perasaan takut ketika Dooyoung kini sangat sibuk mempersiapkan konsernya. Bahkan sampai saat ini, Dooyoung belum menyapaku.

“Oh! Noona kau ada disini ternyata” salah satu member yang sangat kusukai karena penampilan dancenya yang keren, Jisung menyapaku. Member pertama yang menyapaku. Mungkin member lain sama seperti Jisung, tidak menyadari kehadiranku.

“Wooji gwenchana?” terdengar suara yang sangat familiar untukku. Kulihat wajahnya, Taeyong sedang berada di hadapanku sambil merangkul badanku.

“Gwenchana gwenchana” aku berusaha berdiri ketika melihat Dooyoung berjalan begitu saja di hadapanku. Sedikit terheran aku berusaha untuk mengejar Dooyoung. Dan semuanya gelap.

Dooyoung POV

Ketika selesai konser, pemandangan tidak bagus kulihat. Taeyong ternyata lebih dulu menyadari keberadaan Wooji di tempat monitor. Tanpa berkata apapun aku langsung berjalan datar dan melewati mereka berdua. Sedikit khawatir aku melihat raut wajah pucat Wooji. Ketika berlalu melewati mereka, aku meyakini Wooji berdiri dan berusaha mengejarku. Namun, aku malah mendengarkan suara Taeyong yang sangat khawatir sambil memanggil nama Wooji.

“Wooji Wooji! Ireona! Kya! Kau kenapa?” kuhentikan langkahku dan langsung menoleh melihat keadaan yang sebenarnya. Wooji sudah tergeletak tak berdaya. Sungguh menyesal, aku bahkan tidak mengetahui bahwa hari ini keadaan Wooji sedang tidak sehat. Aku masih diam terpaku ketika Taeyong berusaha menggendong Wooji ke tempat yang lebih nyaman. Menyadari cederanya masih belum pulih aku langsung menahan tangan Taeyong dan tanpa sepatah kata langsung membawa Wooji ke ruang ganti kami.

Aku menidurkan Wooji di kakiku ketika itu. Kaki Wooji terlentang di sofa dan kepalanya kusanggah dan membuat Wooji merasa nyaman walaupun dalam keadaan tidak sadar. Kuelus rambutnya dan terus memanggil-manggil namanya.

Mata Wooji sudah berbuka, dia menggenggam tanganku sangat erat dan perlahan menganggil namaku. Hatiku sangat berbedar. Benarkah dia memanggil namaku?

“Dooyoung-ah”

“ne Wooji-ah, istirahatlah sebentar lagi aku melakukan evaluasi dan langsung mengantarkanmu pulang ke hotel. Mianhae telah membuatmu menunggu padahal kau sedang sakit begini”

“Gwenchana ini bukan salahmu” kurasakan genggaman yang sangat erat dari tangan Wooji. Aku langsung mencium keningnya dengan sangat lembut.

“Dooyoung-ah, aku pulang sendiri saja. Mungkin evaluasi yang akan kau lakukan sangat lama. Aku ingin cepat-cepat beristirahat sekarang”

“Tidak Wooji, mana mungkin aku tega membiarkanmu pulang malam-malam sendirian. Ini Thailand bukan Korea Wooji”

“aku datang kesini sendirian Dooyoung. Aku masih bisa menghafal jalannya dengan baik”

“Tapi…” Wooji memotong pembicaraanku dengan menempelkan bibirnya ke bibirku. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

“percayalah padaku aku bisa jaga diri Dooyoung”

“ne hati-hati. Aku akan mengantarmu ke depan”

“tidak usah Dooyoung”

“Aku tidak menerima penolakan lagi Wooji, kajja” kini aku dilanda rasa yang sangat aneh. Mungkinkah cinta Wooji sudah sepenuhnya untukku? Apakah keputusanku untuk memberikan kembali Wooji kepada Taeyong hanya akan menyakitinya? Pertanyaan hatiku yang sedang dilanda kebingungan.

“Ah Dooyoung Hpku low” Wooji memperlihatkan Hpnya padaku, “jadi aku belum bisa menghubungimu sebelum aku sampai di hotel”

“ne jaga dirimu baik-baik” aku mencium keningnya sekejap dan kini dia tersenyum padaku dan semakin membuat hatiku kebingungan.

Author POV

Rasa pusing semakin menjadi. Wooji terus memegangi kepalanya yang sangat sakit dan sangat membuatnya lemas. Hingga tanpa disadari dia sudah melewatkan bis untuk pergi untuk ke hotel tempatnya beristirahat. Ketika membuka mata, Wooji hanya meyakinkan dirinya bahwa dia masih belum ketinggalan bis.

Bis selanjutnya datang. Bis ini bukan bis yang seharusnya ditumpangi Wooji. Terdiam sejanak, Wooji kebingungan apakah dia harus naik atau tidak. Namun, beberapa detik ketika bis ini akan kembali berjalan Wooji langsung naik bis tersebut.

Jantung Wooji berdegup dengan sangat kencang. Jalanan yang dia lalui sangat tidak dikenalnya. Berbeda dengan jalan yang tadi dilaluinya ketika siang dia pergi ke tempat konser namjachingunya, Dooyoung.

“Ah bagaimana ini? Aku tidak bisa berbahasa Thailand, mana bisa aku bertanya? Bahasa Inggrisku juga belum lancar. Ah aku tidak bisa berkomunikasi” kepalanya semakin berat. Wooji langsung melihat ke arah Hpnya dan akan menghubungi Dooyoung.

“Aish! Kenapa harus mati di saat seperti ini?” Wooji sangat kebingungan ketika kini Hpnya mati. Dan tanpa disadari Wooji sudah berada di stasiun pemberhentian terakhir bis tersebut. Melihat yang lain turun dan bis kosong, Wooji juga langsung turun ketika malam sudah semakin sangat larut.

Wooji kebingungan. Dia mulai menangis. Kebingungan sekali. Hingga akhirnya menemukan sebuah telepon umum di kejauhan sana. Wooji dengan semua kekuatan yang tersisa langsung meuju ke telepon umum tersebut.

“siapa yang harus kuhubungi? Aku bahkan tidak menghafal nomor Dooyoung dan Taeyong. Aku hanya menghafal nomor Chanie saja” gagang telepon langsung diambil Wooji dan menekan nomor sahabatnya, Chanie.

“ne? yoboseyo?”

“Chanie? Tolong aku” tangisan mulai keluar dari mata Wooji.

“Wooji? Waeyo? Kenapa kau menangis?”

“Tolong aku, Hpku mati aku hanya bisa mengingat nomormu saja. Aku tersesat. Tidak tahu ada dimana. Ah tolong aku jebal”

“tenanglah Wooji tenang. Cari papan atau apapun itu yang ada nama jalannya Wooji, aku akan merekam suaramu dan mengirimkannya kepada Taeyong” akhirnya Wooji langsung memberitahukan keadaannya sekarang. Waktu menelepon habis dan Wooji hanya menunggu sampai ada yang datang menjemputnya. Wooji menekukkan kakinya dan duduk di pojokan telepon umum sambil terus menangis.

Taeyong POV

Perasaanku semakin tidak enak. Entah apa yang kurasakan sekarang. Aku merasakan akan ada suatu hal terjadi. Terlebih aku melihat wajah gusar Dooyoung yang terus saja memperhatikan Hpnya seperti menunggu sebuah kabar. Apakah terjadi sesuatu pada Wooji?

Tiba-tiba Hpku bordering. Chanie yang menghubungiku.

“ne? Wooji tersesat?” mendengar teriakanku Dooyoung langsung menghampiriku dan semakin menampakkan wajah yang sangat khawatir.

“Dooyoung-ah, kenapa kau membiarkan Wooji pulang sendirian saat dia sedang sakit?” aku sangat emosi karena Dooyoung telah lalai menjaga Wooji.

“mianhae hyung, tapi dimana Wooji sekarang?”

“temannya akan mengirimkan Voice note padaku, Wooji hanya menghafal nomor temannya saja kemudian temannya menghubungiku. Dooyoung-ah tenanglah, redamlah emosimu. Kita pikirkan saja bagaimana caranya menyelamatkan Wooji sekarang”

Pesan suara telah kudapatkan. Ten langsung mendengarkannya dan mulai menunjukkan jalannya kepadaku dan Dooyoung.

“ne Ten gomawo” aku langsung berlari dan langsung mengambil kunci mobil dari tangan manager. Dengan mengabaikan teriakan manager juga Dooyoung aku langsung memacu mobil dan menuju tempat Wooji.

Dooyoung POV

Saat aku membiarkan Wooji sendirian dan memberikan dia kebebasan ternyata terjadi musibah. Sungguh aku merasa sangat berdosa dengan semua ini. Aku langsung menghampiri Taeyong dan berusaha mencari tahu keberadaan Wooji. Namun, sepertinya kekhawatiran Taeyong semakin memuncak. Ketika dia sudah mengetahui lokasi Wooji dari Ten, Taeyong langsung berlari sambil mengambil kunci mobil dari manager. Teriakanku untuk menyuruhnya menunggu tak digubris. Dia langsung memacu mobilnya dan meninggalkanku.

“hyung kajja” aku melihat mobil yang berhenti di sampingku. Ten berada di dalamnya. Entah bagaimana cara dia mendapatkan mobil tersebut, aku langsung naik dan mencari Wooji.

“Ten, apakah tempat itu rawan? Wooji akan baik-baik saja kan?” kekhawatiranku memuncak terlebih Wooji tersesat di Thailand bukan di Korea yang sudah sangat dikenalnya.

“tidak hyung tenang saja” Ten fokus menyetir mobilnya. Aku hanya melihat ke sekeliling. Memeriksa keadaan dan memeriksa juga keberadaan Wooji.

“Ini tempatnya hyung” langsung kubuka pintu mobil dan langsung berpencar dengan Ten mencari keberadaan Wooji.

“jika sudah bertemu dengan Wooji hubungi aku ne?”

“ne hyung, hati-hati” aku langsung berpisah dengan Ten dan langsung fokus mencari keberadaan Wooji. Jalanan sangat sepi dan mulai terasa sangat dingin walaupun aku sudah menggunakan jaket sekarang.

“Ah! Wooji mianhae aku tidak bisa menjagamu dengan baik” kakiku terus mencari keberadaan Wooji. Sampai akhirnya, aku melihat Taeyong yang sedang menggendong Wooji di punggungnya. Kuhampiri mereka dan tanpa berpikiran aneh langsung menanyakan keadaan Wooji.

“Wooji-ah gwenchana?” wajah lemas Wooji semakin membuatku bersalah. Wajah Wooji semakin pucat bahkan tangannya tidak kuat untuk berpegangan ke bahu Taeyong yang sedang menggendongnya. Sedikit khawatir aku langsung memegangi badan Wooji. Namun, di luar sangkaanku Wooji langsung turun dari punggung Taeyong dan langsung memelukku.

“mianhae Dooyoung-ah sudah membuatmu khawatir” mataku menatap Taeyong dengan sedikit kebingungan. Wooji meninggalkan Taeyong dan memilih berada di sampingku sekarang.

“Ah Wooji” aku tersadar ketika tubuh lemas Wooji hampir terjatuh dari pelukanku.

“kajja, kita pulang saja, aku yang harusnya meminta maaf padamu Wooji, mianhae” aku langsung membawa Wooji ke mobil dan meninggalkan Taeyong.

“hyung, gomawo. Aku akan mengantar Wooji pulang”

“ne hati-hati” Aku sangat erat memegangi tubuh Wooji yang sudah sangat lemas.

“Wooji-ah chankamman, aku akan menghubungi Ten dulu” beberapa saat kemudian Ten datang dan langsung membukakan pintu mobil untukku dan Wooji.

Wooji tertidur sangat pulas di pelukanku. Sedikit lega aku sudah bisa menemukan keberadaan Wooji kembali saat ini.

Author POV

Ten sudah memarkirkan mobilnya di basement. Tidak mau mengganggu tidur Wooji, Dooyoung langsung menggendong Wooji yang sedang tertidur dengan sangat pulas. Sesampainya di kamar, Wooji langsung ditidurkan di kamarnya. Setelah melihat Wooji baik-baik saja, Dooyoung langsung memakaikan selimut dan meninggalkan Wooji yang sudah tertidur.

Namun, langkah Dooyoung terhenti karena genggaman tangan Wooji, “Oh Wooji-ah, apa aku mengganggumu?” kekhawatiran Dooyoung kembali terasa ketika Wooji membuka matanya.

“Anni, gomawo Dooyoung-ah” Wooji tersenyum dan berusaha terbangun dari kasurnya.

“Ah! Wooji, diamlah kau masih sakit. Istirahatlah. Aku akan disini bersamamu” Dooyoung memegangi bahu Wooji dan menidurkannya kembali. Mata mereka bertatapan hingga tanpa disangka Wooji mengangkat kepalanya dan mencium bibir Dooyoung dengan sangat lembut. Tangan Dooyoung langsung merangkul kepala Wooji dan membiarkannya tertidur kembali. Ciuman mereka sangat lembut kali ini, sangat terasa bahwa kini mereka sudah saling mencintai.

“Saranghae Dooyoung-ah” pernyataan cinta yang pertama kalinya didengar oleh Dooyoung. Dooyoung hanya menatap Wooji tak percaya dan hanya terdiam.

“Wooji-ah jinjjayo?”

“jeongmal saranghae Dooyoung-ah” mereka berdua tersenyum. Dooyoung menghentikan pikiran negatifnya dan mulai mencintai Wooji kembali bahkan tidak akan pernah merelakan Wooji untuk Taeyong. Mendengar pernyataan cinta Wooji, Dooyoung langsung meraih tengkuk Wooji dan perlahan mencium keningnya dengan sangat lembut. Mata Wooji tertutup dengan sempurna dan kini Dooyoung beralih dengan lembut mencium kembali bibir Wooji.

Keesokan harinya, akan ada pesta untuk merayakan keberhasilan konser mereka di Thailand. Wooji bersama dengan Dooyoung. Begitupun dengan Seulgi yang sangat intens mendekati Taeyong. Seulgi telah selesai dengan perjalanan shownya bersama dengan Red Velvet.

“Jebal, tinggalkan aku, aku tidak mencintaimu”

“mwo?” Seulgi sangat terkejut mendengar perkataan Taeyong. Pertengkaran antara Taeyong dan Seulgi membuat member yang lain berkumpul begitupun dengan Dooyoung dan Wooji.

“hanya ada satu yeoja yang aku cintai” Taeyong langsung menatap Wooji dengan sangat tajam. Namun, di luar dugaan Wooji malah semakin mengeratkan genggamannya ke tangan Dooyoung. Mata Dooyoung langsung menatap Wooji dan mencari keyakinan bahwa Wooji sudah memilih Dooyoung daripada Taeyong.

“Wooji-ah, aku tidak bisa melupakanmu” Taeyong berlutut di hadapanku dan menyampaikan kembali perasaannya padaku. Namun, Wooji semakin menggenggam kembali tangan Dooyoung dengan sangat erat.

“Waeyo?” Dooyoung berbisik dan kemudian Wooji hanya menggelengkan kepalanya.

“Taeyong-ah, aku tidak bisa mianhae, aku sudah katakana dari dulu aku lebih memilih Dooyoung, jebal hentikan semua ini” tangan Taeyong langsung menarik Wooji hingga berada di pelukannya. Dooyoung sangat emosi tetapi tertahan oleh tangan Taeil, “percayalah pada Wooji, tahan emosimu Dooyoung”

“Taeyong-ah apa ini?”

“tatap mataku, katakan bahwa kau sudah tidak mencintaiku” Taeyong mencengkram bahu Wooji meminta pengakuan bahwa cintanya sudah beralih untuk Dooyoung.

“Hyung hentikan, kau menyakiti Wooji” teriakan Dooyoung tidak digubris oleh Taeyong.

“aku sangat mencintai Dooyoung, jebal hentikan semua ini. Aku sudah tidak menyimpan perasaan untukmu Taeyong” mata mereka saling bertatapan dan perlahan tangan Taeyong terhempas dari bahu Wooji. Dooyoung langsung menghampiri Taeyong, “hyung, relakanlah Wooji bersamaku. Aku berjanji akan selalu menjaga dan mencintai Wooji, hyung” Taeyong hanya menganggukkan kepalanya dan meninggalkan Wooji yang kini bersembunyi di belakang Dooyoung sambil memegangi pinggang dan sesekali mencengkram baju Dooyoung karena gemeteran.

“Wooji Gwenchana?” Dooyoung merasakan tangan Wooji bergetar ketika memegangi bajunya.

“Gwenchana. Benarkah aku melakukannya?”

“ne?” Wooji tiba-tiba memberikan senyumannya.

“Mianhae Dooyoung-ah, aku baru menyadari bahwa ternyata aku sangat mencintaimu dan sangat nyaman berada bersamamu”

“jinnjja?”

“ne” Wooji memberikan wajah yang merajuk berharap Dooyoung mempercayainya. Wooji terkejut ketika tiba-tiba Dooyoung mengecup bibir manis Wooji.

“saranghae Wooji-ah”

“nado saranghae Dooyoung-ah” Dooyoung langsung tersenyum ketika kini pernyataan cintanya dibalas dengan sangat tulus oleh Wooji. Senyuman Wooji sangat cantik sekali dan mereka akan membuka kembali perjalanan cinta mereka.

Sepulang dari Thailand

“mworago?” Chanie sangat terkejut mendengar pengakuan Wooji yang kini sudah mulai sangat mencintai Dooyoung.

“Aku sangat menyesal telah menyia-nyiakannya dulu. Aku menyadari bahwa dia yang terbaik untukku”

“jinjjayo?”

“ne Chanie, apa wajahku menyiratkan kebohongan”

“anni, kau sangat bahagia sekarang” Wooji mengangkat kedua alisnya dan tersenyum.

“mulai sekarang jangan pernah membuatku berpikir tentang Taeyong karena aku sudah milik Dooyoung sepenuhnya”

“hah Daebak! Sahabatku ini mulai berpaling sekarang” kembali Wooji hanya tersenyum saja.

“tak apa selama kamu bahagia”

“selama aku bersama dengan Dooyoung pasti akan sangat bahagia” Wooji mengembangkan lagi senyumannya dan kembali berbincang dengan sahabatnya Chanie.

***

Cinta tidak pernah salah. Hanya saja datang di saat yang tidak tepat.

Cinta selalu suci. Hanya saja selalu diberikan kepada orang yang salah.

Cinta akan datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Jangan pernah menyia-nyiakan cinta.

Sebelum cinta yang menyia-nyiakanmu.

~Shin Rae Bin~

 

END

One thought on “[NCTFFI Freelance] The Spinning Heart (Chapter 4) – End

  1. Wahhhhh akhirnya bahagia… Seneng banget, aku selalu cek updatenya ini ff dan ini udah end yeeeee.. Ditunggu ff selanjutnya ya… Hwaiting

    Like

Feedback Juseyo ^^