[NCTFFI Freelance] Olympus Almost Fallen (Chapter 1)

blob (1)

Judul               :           Olympus Almost Fallen Chapter 1

Author             :           Tachoyaki

 Cast                :           Lee Taerin (OC)

                                    Lee Taeyong as Lee Taeyong

Genre              :           Fantasy, Drama, Romance

Length             :           Chaptered

Rating             :           PG-13

***

INI GILA.

            Kegilaan yang tak bisa dinalar oleh manusia fana pun. Apa yang ku saksikan di hadapan sana adalah sesuatu yang mirip dengan cerita novel terlaris se-Korea. Bulu kudukku tak kembali tidur, mataku ingin memejam namun tetap terus menatap, perutku mendadak mual, kepalaku pusing setengah mati. Ini semua karena aku berada di kelas aneh dengan guru setengah kuda.

            “Jadi, kalian hanya tinggal mengalikannya kemudian selesai! Betapa mudahnya pelajaran ini, bukan?” tanya Pak Guru Setengah Kuda itu seakan ada jawaban menarik dari mata pelajarannya.

            Seorang pria berambut hitam cepak dengan perawakan tinggi besar mengangkat tangannya, “Pak, apa setelah ini kita akan main tangkap bendera lagi?”

            Pak Guru mengacungkan tangannya ke depan, menggoyangkan jarinya ke kanan dan kiri sebagai bentuk penolakan. “Ten, ingat kita sekarang masih di dalam kelas. Lagi pula sepertinya anak baru”―menunjuk aku―“itu benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Ah, sayangnya aku tak bisa berkata apa-apa sampai Goriyo datang.”

            Mendadak seisi kelas menatapku dengan pandangan beragam. Ada yang cuek, senang, biasa saja, namun dominan tatapan kasian. Aku menegang, tak terbiasa menjadi pusat perhatian. Tekanan seperti ini membuat aku berpikir ulang mengapa aku bisa berada di sekolah―kelas aneh―ini.

            Bermula saat aku berumur enam tahun, Ibuku memutuskan untuk tinggal bersama suami barunya. Bukan ayah kandungku, sebrengsek itu tidak pernah memperlihatkan batang hidungnya sejak aku lahir. Setidaknya Ayah baruku menyenangkan. Dia petani yang ulet. Kami tinggal di perbukitan jauh dari kota Seoul.

            Sejak kecil aku dilarang keluar rumah oleh ibu, terkecuali saat ingin sekolah. Masa kecilku bisa dibilang tidak ada. Dari luar aku terlihat seperti anak baik, tetapi aku selalu bermimpi buruk tiap malam. Tak jarang aku tidur bersama Ibu dan Ayah walau sampai menginjak usia ke 14 tahun.

            Malam itu terakhir kalinya aku tidur bersama mereka, sebelum akhirnya seorang wanita datang dan membakar habis rumahku. Herannya, hanya aku yang selamat dari kecelakaan itu. Aku tak bisa melihat rupanya, hanya saja aku mengenali tawa lirihnya. Semenjak itu, dia selalu menjadi bintang utama dalam bunga tidurku.

            Sebulan kemudian Bibi Ahn datang―satu-satunya kerabat Ibu yang ku kenal. Dia mengurusku dan sampai akhirnya mengirimku kemari. SMA Hwangshin, salah satu sekolah terkenal di Korea Selatan. Dan aku terpilih di kelas E yang letak gedungnya berbeda dengan gedung utama sekolah. Terlebih mungkin karena guru yang perlu ditanyakan kemanusiaannya.

            “Hei, namaku Lian!” seorang gadis di depanku menyeru pelan sambil memperlihatkan senyum terbaiknya. Dia memiliki wajah super cantik, suaranya juga memikat sekali. Yang paling aku suka darinya adalah tahi lalat kecil di bawah sudut mata kanannya.

            Aku mengigit bibir bawahku sambil tersenyum kaku. Pertama kalinya orang menyambutku ramah seperti ini. Di sekolahku dulu aku selalu menyendiri, terlebih saat orang tua mereka menyebutku Anak Pembawa Sial. “A-aku Taerin. Lee Taerin.”

            Lian bersorak riang setelah mendengar namaku. “Namamu seperti cowok itu. Jangan-jangan kalian saudara atau semisalnya. Ah, tapi bisa saja kalian bersaudara,” katanya terkekeh nakal sambil melirik ke lelaki di pojok kelas. Rambutnya putih terang mencolok dan tatapannya sedingin es.

            “Namanya Lee Taeyong.” Mirip sih. “Banyak gadis-gadis dari gedung utama yang menyukainya. Mereka menyebutnya Taeyong si Vampir. Tatapannya menusuk serta memilukan. Tetapi hanya jika manusia fana itu melihatnya.”

            Ucapan terakhir Lian membuatku bingung. Sama seperti bayi domba yang baru lahir di peternakan. Aku merasa otakku perlu bekerja berkali-kali dari biasanya. Baik guru dan siswa di kelas ini, mereka semua gila. Sama gilanya dengan aku yang melihat manusia berkaki kambing sedang jalan di lorong sambil makan pentungan.

            Makhluk itu menggerutu karena pentungannya sedikit berkarat tapi dia tetap melahap sampai habis. Kemudian ku lihat di berada di depan pintu. Aku hampir tak bisa mendengar Lian yang terus mengoceh karena terus memperhatikan makhluk tersebut.

            “Selamat pagi, Bocah-Bocah Lembek!” seru makhluk berkuku belah itu di samping Guru Stengah Kuda. Oke, aku rasa imajinasiku semakin nakal. Dan sekarang dia tengah berjalan ke arahku. Sial, imajinasi macam apa ini.

            “Kau pasti si anak baru itu?”

            Aku mengerjapkan mataku berulang kali berupaya agar bayangan itu hilang. Akan tetapi hasilnya nihil. Aku tersentak sedikit, makhluk itu memiliki tinggi sekitar 180 cm dengan dua benjolan di balik topi Adidas miliknya.

            “Eh, kau ini nyata?” kalimat itu meluncur dari mulutku. Lantas mengundak gelak tawa seisi kelas. Kecuali Lee Taeyong yang aku lihat sebentar hanya menyunggingkan senyumnya. Lian mengibaskan tangannya ke depan wajah seolah hendak mengusir sesuatu yang mengganggunya.

            “Tentu saja, Taerin. Beliau ini Pak Seokjin. Satir nomor satu di Korea!” ujar Lian meninju udara ke atas. Ku lirik makhluk tersebut alih-alih Pak Seokjin berdehem menahan malu―atau mungkin kesal?

            Aku mengerutkan dahiku masih tidak bisa mengerti situasi, “Satir? Apa maksudnya ini, Lian? Sejak tadi pagi kalian semua diam seakan tidak ada yang aneh. Hanya aku yang kebingungan melihat guru setengah kuda dan manusia kambing yang memakan pentungan.”

            “Tenang, Nona.” Pak Guru Kuda berjalan ke arahku. “Mungkin ini terlihat tak masuk akal bagimu. Tapi karena Sohee terus mengurungmu di dalam rumah, kau tak pernah menyadari keberadaan kita. Kaum-kaum dari zaman Dewa dan Dewi.”

            “A-Apa? Apa maksud ucapan Bapak barusan?”

            “Tch, sebenarnya aku harus menunggu sampai Goriyo kembali dari Olympus tapi ya sudahlah.” Pak Guru tampak kesulitan mendatangiku dengan bokong kudangnya. Tapi dia akhirnya berada di samping Pak Seokjin. “Sebetulnya aku dan Seokjin sudah lama mengintaimu. Dari sejak kau berumur 10 tahun dan tinggal di bukit. Tapi kau tak pernah menyadari keberadaan kami berdua.”

            “Dalam rangka apa Bapak mengintaiku? Apa aku ini benar-benar bermasalah?” tanyaku.

            “Kau memang bermasalah. Sama seperti teman-temanmu di kelas ini,” Pak Seokjin angkat bicara. “Kelahiranmu sudah ditakdirkan. Kau semata-mata bukan anak biasa. Kau lahir dengan darah seorang Dewa.”

            Aku tertawa miris, “Bapak bercanda. Ibuku bilang ayah kandungku itu seorang penjudi pengecut yang pergi saat aku lahir. Dan lagi, lelucon apa ini? Bibi Ahn lucu sekali membawaku ke tempat konyol seperti ini!”

            “Apa yang diucapkan Pak Seokjin benar, Taerin.” Kini giliran Lian yang bicara. “Kau, aku, teman-teman di kelas. Kita semua lahir dari darah seorang Dewa atau Dewi. Aku sendiri adalah anak Aphrodite, Sang Dewi Cinta.”

            Aku bangkit. “Sudah cukup omong kosongnya. Aku permisi dulu.” Setelah itu aku pun pergi ke tempat di mana hanya ada aku dan diriku saja.

***

            “Gundulmu lahir dari darah Dewa! Apa-apaan juga kostum binatang itu! Hampir saja aku tertipu jika tak cepat menyadarinya. Pantas saja kelas itu terpisah dari gedung utama, isinya hanya sekumpulan pembual! Ah, menyebalkan!” gerutuku sambil mengacak-acak rambut hitam legamku.

            “Dasar Bibi Ahn jahat! Kesal setengah mati!” jeritku. Tangisku hampir meledak. Pelupuk mata benar-benar sudah terlihat seperti waduk yang hampir bocor. Dadaku sesak. Jauh di dalam mata hatiku, aku merindukan kehidupanku dulu.

            “Hm, blasteran! Dari baunya pasti sangatlah lezat!” tiba-tiba manusia banteng muncul dari belakangku. Badannya kurang lebih dua meter. Dia melihatku sambil memamerkan taringnya dan liur yang menetes. Membuatku ketakutan setengah mati.

            “Kau ini apa!? Pergi jauh-jauh sana!” aku meraung. Ku lempari dia dengan batu bata ke arah wajahnya. Tapi dengan mudah ia menepisnya sampai merubah batu menjadi butiran pasir. Aku bergidik ngeri. Pernahkah merasakan memori lama di hidupmu terlintas kembali saat kau sudah hampir menemui ajalmu? Aku sedang merasakan itu.

            “Kemari kau demigod!”

`           Wus.

            Makhluk itu langsung berubah menjadi abu dan kemudian menghilang tertiup angin. Lutuku lemas. Tulangku seakan mencair. Lagi-lagi aku hampir saja menangis. Terlebih saat melihat lelaki itu dengan sebilah pedang di tangannya…[]

.

.

FIN

4 thoughts on “[NCTFFI Freelance] Olympus Almost Fallen (Chapter 1)

  1. Ok krena aku gk terbiasa mengkritik, bisanya cma menuliskan apa yg aku rasakan stelah membacanya dan ini bneran keren sumpah. critanya unik dan karakter taeyong udah keliatan psti bkalan keren. pkoknya lanjutkan author… oh iya aku reader bru disini.
    oh iya thor ini jdwal nge post’y ff ini bkalan gmna seminggu sekali kah? hri apa?
    makasih aku tunggu chap slanjutnya.

    Like

    • ah, makasih banget udah mau baca dan kasih apresiasi buat ceritaku hehe ^_~ buat jadwal up masih random antara seminggu/dua minggu sekali. soalnya aku juga masih sekolah huhu:( tapi, OAF2 masih dalam proses ^^~

      Like

  2. Ok yg penting hrus dilanjut.
    aku ini korban bca ff chapter yg bagus tp sma si author sring yg gk prnah dilanjut. huhu
    ini ff taeyong berchapter prtma yg aku baca+lngsung suka…

    Like

Leave a reply to tachoyaki Cancel reply