[Mix Party] Of Story and How It Ends

Written by iamsayaaa ©2017

-Of Story and How It Ends-

Pairing Casts :

(1) [NCT] Haechan and [OC] Tasya

(2) [NCT] Mark and [OC] Donna

(3) [NCT] Taeil and [OC] Eka

(4) [NCT] Kun and [OC] Airly

(5) [NCT] Haechan and [OC] Ranee

(6) [NCT] Taeyong and [OC] Angel

(7) [NCT] Johnny and [OC] Berly

Genre Romance, Teen, Sad, Crime Length 7 Ficlets Rating PG-15

Picture by PictureQuotes

.

.

[1]

Sayang Tasya pada Haechan diprediksi baru mengudara sampai ke stratosfer. Sementara Haechan telah meroket sampai ke Saturnus. Lengkap dengan sabuk meteoroid yang membentengi gegap gempita cinta monyet keduanya.

Oleh karenanya, pada Minggu pagi yang gerimis, sang maskot kelas buru-buru bangkit dari peraduan kemudian melesat ke kamar mandi. Cermin di kamarnya nyaris bosan dipandangi sang empunya yang menghabiskan hampir separuh kaleng parfum. Sembari mengulas senyum abnormal yang bisa membuat manusia lain menudingnya sebagai makhluk rabies kurang sesetrip, Haechan meluncur dengan kepercayaan diri setinggi Himalaya.

Langkahnya ringan, nyaris terbang andaikan sebuah jangkar tidak membebaninya. Sekeranjang penuh cokelat bergantungan dalam genggaman kedua tangannya. Kupu-kupu terbang di perutnya kala membayangkan reaksi sang kekasih. Dalam logika mudanya yang naïf, Tasya akan berjingkrak kegirangan kemudian rasa cintanya untuk Haechan langsung naik seribu persen. Saking gembiranya, Tasya mungkin akan memberinya pelukan, kemudian ciuman, kemudian ….

Ah, Haechan terlalu asyik berimajinasi sampai tak sadar sebuah rumah dengan pohon maple di halamannya telah muncul di pandangan. Haechan memasuki pekarangan rumah Tasya untuk kemudian memoles sidik jari pada bel rumah itu. Belum sampai semenit Haechan menunggu, satu sosok yang membuatnya susah tidur itu muncul di ambang pintu.

“Good morning, Darlinnnggg.”

Vokal Haechan menggelitik pendengaran sang kekasih. Arus ganjil tiba-tiba menerjang pagi Tasya yang seharusnya normal. Asam lambungnya naik drastis begitu maniknya menangkap bawaan yang digondol Haechan. Tanpa babibu, gadis brunette dengan hotpants pink itu langsung menutup pintu.

BRAKKK!

Benda persegi panjang berpelitur itu dihempaskan tepat di hadapan hidung Haechan, beberapa inci lagi sebelum bertabrakan dengan si mancung lantas membuatnya pesek. Haechan hanya bisa melongo, tak menyangka Minggu paginya yang cerah tapi gerimis bertransformasi menjadi hujan badai. Hatinya remuk seremuk-remuknya. Air matanya hampir meleleh sebelum akhirnya sebuah lolongan menyedihkan terdengar dari dalam rumah berlantai dua itu.

“DASAR HAECHAN PABO!”

“TEGA-TEGANYA KAMU GAGALIN DIETKU!”

---

[2]

Dua makhluk berbeda jenis kelamin itu telah duduk di sana untuk waktu yang lama. Yeah, di kafe bertema Hello Kitty, sesuai permintaan sang gadis. Tepatnya di meja bernomor empat di dekat jendela. Keduanya sudah saling diam sejak kedatangan mereka. Bahkan dua porsi es krim cokelat pesanan sudah meleleh, menenggelamkan benda—yang diduga pisang—ke dalam genangan yang mirip lumpur.

Lalu, setelah dua abad berlalu ….

“Don?” Mark mulai melakukan pendekatan, “sakit, ya?” Suara Mark terdengar goyah, tapi sesuai peribahasa—tak nekat bertanya sesat di jalan—yang dianutnya, pemuda kelahiran Amerika itu memberanikan diri. Sayangnya, gadis berbandana biru itu malah melengos.

Mark menghela napas. Menghadapi Donna satu lawan satu begini memang penuh risiko. Apalagi Donna sedang dalam fase PMS alias Perutku Mulas Sekali. Jadi, setelah ketukan pertama tak dijawab, Mark memutuskan kembali diam.

Tapi, sampai kapan? Sampai Justin Bieber jadi presiden Korea? Ayolah, Mark berhak atas jawaban. Dia bukan peramal yang mengetahui semua hal. Bahkan kalau Mark berbuat salah yang mungkin tidak disadarinya, dia sangat layak tahu hal apa yang membuat Donna bungkam seribu bahasa.

“Salahku apa sih, Don?”

Kali ini sebuah kalimat frontal nan magis berhasil membuat gadis di hadapannya menoleh. Sial bagi Mark, setelah kesabaran ekstra dituangkannya, gadisnya belum usai melakoni drama. Oleh karena itu, Mark harus menerima akibatnya.

“Pikir aja sendiri.”

DUARRRR!

Jawaban super nan bermakna itu sukses membuat Mark mengusap dada. Ingin rasanya dia menangis kalau tidak ingat pesan ayahnya bahwa pria itu dilarang meneteskan air mata. Serangan mematikan bernama Laser Merah Membara dari Gurun Sahara itu nyatanya membuat sudut kiri matanya berkedut.

Lalu, alih-alih meladeni Donna yang mungkin tengah kerasukan singa, Mark memilih menyelamatkan benda—yang diduga pisang—ke dalam mulutnya. Well, setelah keinginan Donna yang ingin makan es krim di Kafe Hello Kitty dituruti, rupanya gadis itu juga punya permintaan lain.

Donna ingin Mark menjadi paranormal.

---

[3]

Yang namanya wanita, selalu tidak sabaran. Benar, ‘kan? Bahkan saat Taeil tengah maraton dikejar deadline skripsi, si dia tetap enggan menunggu.

“Kuliah kan juga untuk masa depan,” elak Taeil penuh pertimbangan.

“Masa depanmu kan aku, Beb.”

Bukan. Masa depanku bukan kamu.

Sinting.

Kenyataannya, pemuda Moon itu mengiyakan pendapat sang gadis, meski tidak disampaikannya secara gamblang melalui lubang di bawah hidungnya. Taeil dirongrong dilema. Logikanya mengajak untuk terus bersemedi di kamar guna menyelesaikan skripsi. Meski begitu, Taeil nyaris tak mampu menolak hati kecilnya untuk menuruti permintaan Eka, kekasihnya yang baru pulang kampung ke Indonesia.

“Kalau gak dijemput sekarang,” suara serenyah Pringles itu berubah serius, “kamu nikahin aja skripsi. Jangan cari aku lagi.”

  Deg!

Sanksi final itu faktanya begitu menghantui Taeil. Oleh karenanya, mengalahkan kecepatan cahaya, Taeil mengambil kunci mobilnya kemudian meluncur menuju bandara. Yeah, seharusnya begitu. Awalnya, Taeil pikir perjalanannya akan berjalan mulus semulus ketek member Red Velvet. Begitu kenyataan menamparnya, Taeil sadar, hidup itu penuh cobaan.

“Maaf, Pak, kok macet? Ada kecelakaan?”

“Ada orang stres, nak. Dia lari-larian di tengah jalan. Sampai mobil-mobil pada kecelakaan gara-gara dia,” terang sang Bapak, “katanya sih karena gak debut-debut. Kalau gak salah namanya Hansol,” lanjutnya bak wartawan gosip.

Sial. Ngapain juga si Hansol itu merusuh di jalan. Kalau gak debut-debut, ya sabar aja. Tidak perlu menyusahkan hidup orang lain.

Taeil mengacak rambutnya frustasi. Masa depan hidup-bahagia-selama-lamanya-bersama-Eka berada dalam bahaya. Dia harus bergegas apa pun yang terjadi. Akhirnya, bersamaan dengan raungan sirine yang semakin mendekat, Taeil memutuskan untuk mengambil jalan pintas.

__

“Beb, cepet banget sampainya. Naik apa sih tadi?”

“Ambulance.”

“…”

---

[4]

Kala memanggil kembali kenangan berlabel barang buangan, keningku berkerut. Dalam memoar yang tersimpan rapi dalam belenggu  keserakahan, kau dan aku tahu, perjalanan ini tak pernah memiliki arti yang baik. Sekalipun menarik hati, kau dan aku setuju, kita terlalu banyak bertaruh.

“Sebaiknya kau pulang, Air.” Tukasku kala mendapati gadis bermata biru itu mengaduh di kamarku.

Bahkan dalam api yang membakar kayu kering, ada derap penyesalan yang membuncah seperti asap yang membubung ke angkasa. Kau dan aku tahu, kita layaknya sepasang botol dan tutupnya, saling melengkapi. Meski dalam kesaksian yang diragukan, kita tetap berharap.

“Aku baru sampai dan kau mengusirku? Teganya.”

Airly meniup lecet di lututnya. Kutebak dia baru saja melompat dari jendela kemudian berlari ke rumahku. Kuangsurkan salep antiseptic kepadanya dan dia meraihnya.

Menempuh ribuan mil bahkan tak membuat kakiku gundah, atau membuat engsel dan persendiannya resah. Jantung dan paru-paruku bahkan memompa dengan baik, mengalirkan udara pada sel-sel yang telah bekerja keras. Meski begitu, ada hal lebih nista dari mengkhianati sahabat sendiri. Berpura-pura bahwa kau adalah milikku.

“Aku tidak mencintainya, Kun.”

Airly merengek. Aku tahu dia berusaha menggoyahkanku. Tapi, keputusanku sudah bulat. Tak ada lagi Qian Kun yang memonopoli Airly untuk dirinya sendiri.

“Tapi, Doyoung tunanganmu.”

“Tapi, aku tidak …”

“Cukup, Air. Pulanglah.”

Airly menyadari keresahanku. Saat jemarinya berusaha menyentuhku, aku menampiknya. Kugores luka di hatinya, menyulut amarah di dalam sana. Bahkan saat air matanya mengalir menganak sungai, aku bergeming.

“Jadi, kau tidak menginginkanku lagi?”

“Tidak.”

Isakannya semakin menjadi. Aku tahu dia berduka. Meski kemarahan mendominasi emosinya. Dia marah. Aku marah. Tuhan juga marah. Tuhan marah padaku dan Airly. Dua makhluk yang berusaha menyabotase rencana-Nya. Jadi, sebelum karma itu datang bak peluru yang ditembakkan. Aku memutuskan untuk berhenti.

Tenanglah Air, ini saatnya untuk mengembalikan tulang rusukmu pada asalnya yang sejati.

---

[5]

Tik Tok Tik Tok

Bagi Ranee, Haechan lebih dari teman sekelas yang suka membolos dan mencontek pekerjaan rumahnya. Dia seorang pemeras, penghasut, sekaligus pembuat onar paling produktif. Pernah sekali Haechan melemparinya dengan buku Fisika, bahkan sepatu penuh lumpur pernah mendarat di kepalanya yang tertutup rambut cokelat sebahu.

Baginya, Haechan lebih mirip psikopat yang hobi menindas dan memanipulasi orang lain. Jika bukan karena suatu hal, Ranee tak sudi menjadi pesuruh si Kim ini. Seandainya Haechan dan sepasang mata laknatnya tidak muncul malam itu …

“Keluargamu, kan kaya, Ran,” ujar Haechan santai, “tidak akan miskin karena membayar kamar VIP.”

Sembari menyuapkan sepotong mangga pada pemuda di hadapannya, gadis itu menatap nanar pada sudut kosong.

“Lagi pula, kau berhutang padaku.”

Seringai licik tergurat pada wajah Haechan yang dipenuhi lebam, nyaris tenggelam dalam euphoria abnormal yang menyelubunginya. Benar-benar menikmati perannya sebagai penindas sejati. Yeah, beruntungnya dia, memergoki sang petinggi negara saat tengah memadu kasih dengan seorang wanita  di suatu hotel. Sial bagi Ranee karena orang itu adalah ayahnya, dan wanita itu jelas bukan ibunya.

“Bersumpahlah kau tidak akan membocorkannya.”

“Sumpah mati.”

Ranee menilik tajam pada manik Haechan yang absen pada aura kelam di sekitarnya. Pandangannya masih terpatri pada presensi sang lawan bicara. Setelah mendorong sebuah paper bag ke dalam kolong ranjang menggunakan kaki kirinya, gadis itu lantas bangkit.

“Eh, Ran, kau dengar bunyi Tik Tok Tik Tok?”seru Haechan pada gadis yang tengah berdiri di ambang pintu.

“Tidak. “ Jawab Ranee singkat.

“Semoga lekas sembuh, Haechan.” Senyum asimetris Ranee menguar  ketika melangkahkan tungkainya keluar ruangan. Kaki-kaki kurusnya hampir berlari, begitu cepat sampai nyaris menabrak beberapa perawat di koridor. Begitu tiba di parkiran, terdengar ledakan yang membuat semua orang lari berhamburan.

DUARRRR!

Meski begitu, Ranee terus melangkah tanpa beban. Berbeda dari orang lain yang sibuk menerka-nerka, dia tahu pasti dari mana ledakan itu berasal.

---

[6]

Angel sudah muak dengan yang namanya diskriminasi. Meski begitu, saat hendak melamar kerja, gaunnya berganti menjadi kemeja. Rambut crimson-nya dipangkas pendek sejalan dengan tingkahnya yang dibuat se-manly mungkin. Penyamarannya disempurnakan dengan kemeja putih yang dipadukan dengan dasi yang sayangnya berwarna pink.

“Nama Anda?” Tanya seorang lelaki yang tengah mewancarainya dengan wajah berkerut.

“Angelo.”

Angel mendengus tertahan, bahkan saat identitasnya telah diubah, mendapat pekerjaan sama sulitnya dengan membasmi jerawat. Lalu, setelah sesi yang mendebarkan itu terlewati, Angel keluar dari ruangan hendak mencari angin.

BRAKKK!

Seorang karyawan baru saja menjatuhkan barangnya.

“Anda tidak apa-apa, Nona?” Tanya Angel.

Vokal kenes yang dipaksa turun ke bariton itu terdengar aneh kala sang empunya merasa panik. Meski begitu, Angel bertingkah bak gentleman dengan membantu sang wanita malang yang bercahaya. Well, dia tidak sedang berhalusinasi. Kenyatanya, wanita di hadapannya memang kelihatan berkilau. Angel ragu, mungkin bukan karena rambut pirang sebahu yang tampak halus itu. Atau wajah mulus tanpa cacat dengan gincu sewarna wine, atau wangi febreeze yang menguar menyusup ke penciuman Angel. Hanya saja, dia benar-benar tampak seperti …

“Terima kasih.” Kata sang wanita ber-name tag Taerin kalem.

… dewi.

Angel tiba-tiba merasa mabuk. Sepertinya gedung perusahaan itu baru saja bergoyang, membuat isi perutnya seperti diaduk-aduk. Jantungnya juga berdegup lebih kencang.

Deg deg deg

Angel meraba dadanya, kemudian pamit sebelum menimbulkan curiga. Nalarnya berpikir keras mengenai perasaan abnormalnya, tanpa pernah tahu bahwa sang wanita dengan aura dewi itu menyembunyikan sesuatu di balik syal polkadotnya. Sebuah adam’s apple yang nyaris tak terlihat dan sebuah identitas asli atas nama Lee Taeyong.

“Oh God, dari mana wanita tadi belajar berakting?” Gumam Taeyong sembari merapikan blazer-nya.

“Dasar amatir.” Taeyong mengibaskan rambut pirangnya angkuh, lantas berjalan gontai ke ruang kerjanya dengan hak sepatu yang patah sebelah.

---

[7]

Adalah Berly, sosok mungil yang tengah memijit kening sembari menerawang katalog yang tertera di layar smartphone-nya. Wajahnya mengerut, sebentar-bentar menghela napas saat deretan barang yang ditawarkan tak lagi membangkitkan hasratnya berbelanja.

“Cih, ini mah palsu. Dari jauh juga kelihatan plastiknya.”

Racauannya semakin menjadi saat sebuah suara sumbang mengiritasi kokleanya yang kelewat sensitif.

PRANG BRUKK PRANK

“Bisa diem gak?! Aku loakin baru tahu rasa.” Omelnya sembari menggeser layar gawainya kasar.

Manik jelaganya hampir meloncat keluar saat pandangannya terkunci pada satu sosok yang membuatnya berdebar.

“AHA!”

Wajahnya langsung sumringah begitu melihat sebuah produk impor terpampang tidak lebih dari dua senti dari balik kacamata minus limanya. Berly membaca dengan saksama, detil dan klasifikasi barang incarannya. Mulutnya ikut komat-kamit bak merapal mantra, kemudian tanpa pikir dua kali langsung meng-klik tombol beli.

“Sip, tinggal tunggu dikirim aja.”

__

Tiga hari kemudian ….

Sesosok pria tinggi  dengan tuxedo hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu dan wajah menawan tengah berdiri di hadapan Berly. Tangan gadis dengan gaun green lime semata kaki itu menutupi mulutnya seolah tak percaya dengan objek yang ditangkap inderanya. Sejemang kemudian, sebuah silver Lamborgini membawa Berly dan sang pria meninggalkan seonggok kardus bekas dengan secarik pesan terselip dengan cantiknya.

 

       Untuk Nona Berly yang terhormat,

Terima kasih telah menjadi pelanggan setia Kami.

Semoga Anda puas dan silakan berbelanja kembali.

 

   Name Product : S.J.S (Super Johnny Seo)

      Type  : NCT 127 AZKR661

Produced by : Es Em Corp. Chicago, USA

     Abilities :

• Memuaskan mata Anda dengan pesona luar biasa
• Cocok dijadikan pendamping saat ke pesta atau undangan pernikahan teman dan mantan
• Kesabaran tingkat dewa bagi majikan dengan kemauan tak biasa

 

                                                                                                                   Sincerely,

Mr Lee who loves you_{r money}

 

 End

(1) Pertama, sangat berterima kasih kepada Tuhan dan semua pihak yg telah membantu, terutama staff NCTFFI semuanya.  Akhirnya peer dedek yg satu ini selese juga. Meski receh, meski lebih rusuh dari gado2, meski penuh dossyaaa…. Meski harus banyak bersabar, karna sekali lagi, hidup ini ujian.

(2) Kedua, ide cerita di atas didapat dari berbagai sumber, tidak ada niatan melecehkan semua pihak terutama cast2nya. Demi apa, dedek kan sayang kaka, masa dinistain. Enggak kok, cuma dinodain dikit. #ehhh

(3) Sebenarnya aku bingung mau berkata apa, aku seolah kehilangan kata./enggak ding/ yah pokoknya makasih banyak untuk kalian yg berkenan membaca dan mereview tulisan saya. Semoga ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi.

(4) Makasih untuk kak Ber yg rela kasih tutorial gratis ke Amel/ peluk/

(5) Makasih buat koreksi dan ilmunya kaka Cheon /nyodorin mas tiwai/ Moga gak ada yg kelewatan ngeditnya aq… :))

dan akhirnya …

/KAK, AMEL JANGAN DIBALANG YA, AMEL JANGAN DIBULLY/PLEASE/ SUKIYANEN/ KABUR SEBELUM DIKEROYOK/